Siapa yang tidak kenal nama kondang "Chairil Anwar"? Namanya yang kini harum lewat karya-karyanya yang genap satu abad.
Tepat satu abad yang lalu, sang maestro lahir di hari Rabu (26/7/1922) yang menjadi cikal-bakal menjadi hari puisi nasional, yang diperingati setiap tanggal 26 Juli.
Walaupun sang legendaris penyair ini mati muda di usianya yang ke 27 tahun --tepatnya hari Kamis, (28/4/1949)--namanya menjadi besar dari karya-karyanya yang hingga kini diagung-agungkan oleh penyair dan sastrawan di jaman kekinian.
Dikutip dari Wikipedia, karyanya yang menjadi legenda pernah ditorehkannya terdiri dari 75 puisi, 7 prosa, dan 3 koleksi puisi.
Ia menulis puisi pertamanya pada tahun 1942 yang berjudul "Nisan". Ia giat menulis pada masa pendudukan Jepang di Nusantara (1942-1945).
Karya-karyanya banyak menginspirasi sastrawan besar yang muncul setelahnya, mengagungkan namanya.Â
Seperti HB Jassin (1956), Burton Raffel (1970), dan A. Teeuw (hidup 1921-2012) serta sastrawan kekinian lainnya.
Karya-karyanya dari sisi sastra mempunyai nilai yang tinggi. Karenanya, tak keliru bila A. Teeuw menyebutnya dengan "penyair yang sempurna".
Beberapa karyanya yang telah dialih-bahasakan kedalam bahasa asing, yakni: "Sharp Gravel, Indonesian Poems" oleh Donna M. Dickinson (1960) dan "Cuatro Poemas Indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid Palma de Mallorca) (1963).
Selanjutnya, "Chairil Anwar: Selected Poems" oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (1963) dan "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets" oleh Ulli Beier (1969).