Pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu strategi pembangunan nasional, terutama pada agenda ke-3, dalam meningkatkan kualitas SDM dan berdaya saing perlu dukungan peningkatan pelayanan kesehatan.Â
Penekanannya pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care), termasuk peningkatan kualitas kesehatan Ibu dan anak.Â
Bahkan, RPJP Nasional 2005-2025 menempatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator derajat kesehatan dan keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.Â
AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas atau penanganannya setiap 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan, AKB menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat juga disebut sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang dinyatakan dengan per 1000 kelahiran hidup.
Untuk lebih tahu posisi indikator AKI dan AKB Indonesia saat ini, mari kita lihat data-data dan angka-angka dari sumber terpercaya berikut. Jangan pusing ya! Hehe...
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI, bahwa data menunjukkan tren menurun pada indikator AKI (per 100.000 kelahiran hidup) dari 390 pada tahun 1991 menjadi 230 pada tahun 2020 atau turun -1,80 persen per tahun.
Walau mengalami penurunan, AKI belum mencapai MDGs tahun 2015, yaitu 102 dan SDGs tahun 2030, yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada indikator AKB, data menunjukkan tren menurun dari 68 pada tahun 1991 menjadi 24 pada tahun 2017 atau menurun -3,93 persen per tahun.
Sama halnya dengan AKI, angka penurunan AKB belum mencapai target MDGs tahun 2015 yaitu 23 dan target SDGs tahun 2030 yaitu 12.Â