Mohon tunggu...
Julian Cholse
Julian Cholse Mohon Tunggu... -

I'm The man of value www.juliancholse.tk

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Bagaikan Roda yang Berputar, Benarkah?

13 Juli 2012   01:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup bagaikan Roda

[caption id="" align="alignleft" width="511" caption="Hidup bagaikan Roda"][/caption] Di dalam kehidupan  benar memang banyak lika-liku yang harus kita jalani sebagai suatu proses hidup menuju kedewasaan. Terkadang proses yang harus kita lalui membuat kita depresi dan membuat kita terjatuh begitu dalamnya, namun harapanya keadaan demikian membuat kita lebih bersemangat untuk maju kedepan, menatap masa depan yang lebih cerah, bukankah pendaki gunung sesekali melewati lembah untuk menuju puncak tertinggi?

Ada berkata hidup bagaikan roda yang berputar, jika boleh saya mengatakan perumpamaan ini harus di ubah, mengapa demikian? Apakah ketika anda jatuh anda kembali pada titik sebelum  memulai usaha tersebut? Pasti tidak. Ketika anda jatuh anda akan berada diatas kejatuhan sebelumnya artinya anda tak akan pernah berada pada posisi yang sama. Sebagai contoh seorang rekan saya yang beberapa kali mengalami kegagalan, pada saat usianya 20 tahun dia merintis sebuah bisnis multi level marketing dan berakhir dengan kegagalan pada usianya 21 tahun. Ketika dia mengalami kegagalan atau jatuh, dia tak akan kembali kepada fase awal pada saat umur 20 tahun dia. Setidaknya dalam 1 tahun tersebut dia punya bekal (pengalaman bisnis) untuk kehidupan bisnis selanjutnya.

Roda yang berputar akan kembali kepada dasar dimana dia pertama kali berada, artinya tidak akan ada membawa manfaat selama dia mengalami kegagalan. Hal ini lah yang membuat beberapa orang mengaggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang sangat luar bisa besar. Seharusnya kegagalan di pandang sebagai proses hidup yang semua orang pasti pernah mengalaminya, dan kegagalan membawa keberhasilan jika kita menikmatinya dan menjadikannya sebagai motivator.

Seperti apa yang saya singgung diatas bukankah pendaki gunung sesekali melewati lembah untuk menuju puncak tertinggi? Jika saya boleh menyarankan sebenarnya "Hidup bagaikan pendaki gunung" terkadang naik dan terkadang turun kelembah hingga pada akhirnya berada pada puncaknya. Dari filosofi ini dapat dikatakan bahwa seorang pendaki akan mengalami rintangan menuju puncak gunung yaitu lembah-lembah namun tentunya lembah tersebut tidak serendah kaki gunung (dasar) dan pada akhirnya menuju puncak tertinggi dari rintangan-rintangan yang ada.

Mulai sekarang ubahlah persepsi anda ketika anda mengalami kegagalan, jangan katakan anda lagi berada pada dasar roda, tapi anda berada pada lembah pegunungan dan anda ingin menuju puncak tertinggi gunung kehidupan anda.

Note : Terinspirasi dari kegagalan saya.

Salam

Julian Cholse

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun