Mohon tunggu...
Juliana Ulfa
Juliana Ulfa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Juliana Ulfa School at UIN Malang Tarbiyah Faculty Prodi PGMI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meaningfull Learning Menciptakan Keluasan Wawasan

19 Juni 2014   02:15 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:12 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembelajaran yang bermakna akan menciptakan pola wawasan. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan wawasan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu hal, maka akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Mengapa demikian? Keterkaitan bisa diartikan sebagai sistematika sebuah hubungan, dimana suatu hal memiliki ikatan sebab akibat terhadap hal lain. Melalui pembelajaran yang bermakna inilah, kita bisa lebih memahami ilmu-ilmu yang kita pelajari.

Dalam tata ruang yang luas ini, banyak sekali kajian ilmu yang telah tercipta. Mulai dari ilmu tentang alam, ilmu tentangpolitik, ilmu tentang ekonomi, dan sebagainya. Jumlah kajian ilmu pengetahuan akan semakin bertambah, sebanding dengan bertambahnya perkembangan zaman. Ibarat menghitung butiran kerikil dalam gunungan pasir, tak kan bisa kita menghitung seberapa banyak ilmu yang ada di dunia ini. Untuk mempermudah mempelajari ilmu-ilmu tersebut, manusia menemukan sebuah system pengelompokan jenis-jenis ilmu. Manusia memandang bahwa setiap ilmu yang ada pasti mempunyai kemiripan atau kesamaan antar kajian ilmu yang lain. Inilah anggapan yang tercipta dari penggagas teori Gestalt. Jika hal-hal yang memiliki kemiripan dijadikan saling berhubungan dan berdekatan, maka akan tercipta sebuah totalitas yang akan melahirkan sebuah keseluruhan.

Pengelompokan hal yang mendekati kemiripan dan kesamaan jenis, menjadikan manusia dapat mengatur tata letak ruang memori dalam otaknya. Tidak dapat dipungkiri, dalam pengintegrasian lingkungan dan system ingatan, manusia akan lebih mengingat unsur-unsur yang paling dekat dengan lingkungan sekitanya.

Wawasan yang tersimpan dalam memori otak manusia mempunyai jangka waktu tertentu. Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal ingatan. Dapatkah kita ingat semua hal yang kita alami sejak kita lahir di dunia sampai sekarang? Pasti tidak akan bisa, bahkan orang genius yang mempunyai IQ diatas rata-rata pun tidak akan bisa mengingat semua hal yang ia alami dari masa ia bayi. Jika kita ditanya, apa saja hal yang kita lakukan ketika masih bayi? Bagaimana rasanya ASI? Atau kapan terakhir kita ngompol saat masih kecil?. Saya yakin, kita tidak akan bisa benar-benar ingat semua itu.

Cerita-cerita yang kita punya tentang masa kecil, khususnya masa bayi, telah berada dalam tatanan ruang memori otak yang paling dalam. Cerita tersebut telah tertindih oleh cerita-cerita lain yang tercipta dalam setiap masa ketika kita beranjak semakin dewasa. Karena itulah kita kesulitan dalam mengingatnya. Hal itu juga kita alami disaat kita menyimpan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang kita pelajari. Apalagi jika disetiap ilmu tersebut tidak ada keterkaitannya.

Oleh sebab itu, pembelajaran bermakna sangat perlu diterapkan sebagai cara membelajarkan manusia untuk memperoleh ilmu. Melalui pembelajaran bermakna, otak manusia secara otomatis dapat mengintegrasikan pengetahuan yang ia dapat, sehingga wawasannya akan semakin meluas dengan saling menghubungkan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun