Mohon tunggu...
Juliana Ulfa
Juliana Ulfa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Juliana Ulfa School at UIN Malang Tarbiyah Faculty Prodi PGMI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari “Hati” dan Dengan “Hati”

21 April 2014   03:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah jelas, fitrah kita sebagai manusia yang diberi karunia berupa akal adalah untuk menuntut ilmu. Banyak firman-firman Allah di Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keutamaan mencari ilmu, didukung juga dengan adanya hadis Nabi, yang salah satunya berisi tentang anjuran seorang manusia untuk menuntut ilmu mulai dari buaian ibunda sampai ke liang lahat.

Salah satu cara untuk menuntut ilmu adalah dengan “BELAJAR”. Cara setiap orang dalam belajar tentunya berbeda, ada yang lebih mudah belajar ketika sambil mendengarkan music, ada juga yang lebih paham dalam belajar dengan melihat gambar-gambar dan menulis, dan banyak lagi cara-cara unik yang dilakukan orang dalam belajar. Berbagai orang juga mempunyai niatan masing-masing untuk belajar.

Mencoba mengingat kembali memori kita diwaktu kecil, kebanyakan anak-anak mau dan bersemangat untuk belajar apabila diberi iming-iming sesuatu, entah itu berupa hadiah atau hukuman. Kita diwaktu kecil mau belajar karena ada pamrih. Ya, memang wajar diwaktu kanak-kanak kita seperti itu. Karena masa itu adalah masa dimana manusia masih membutuhkan sebuah stimulus dalam kadar tinggi agar mau melakukan sesuatu.

Berinjak masa, berinjak pula cara belajar dan niatan untuk belajar. Dulu, waktu masih anak-anak, kita hanya tau, bahwa kita berangkat ke sekolah untuk belajar karena disuruh oleh orang tua, atau bahkan karena paksaan orang tua. Dan waktu berada disekolah, kita mau dan bersemangat untuk belajar, pertama karena ada “Hadiah” yang dapat dirupakan dalam segala bentuk, tidak mesti berupa barang. Hadiah bisa berbentuk, apresiasi bintang atau pemberian jempol oleh guru yang menurut kita diwaktu itu adalah cara untuk meninggikan status dan harga diri kita dalam pandangan teman-teman sebaya. Kedua, karena ada “Punishment” (hukuman) yang dapat berbentuk apapun jika kita tidak menunjukkan sikap untuk mau belajar.

Dalam lingkungan keluarga, tidak dapat dipungkiri, setiap orang tua pasti juga menggunakan cara reward and punishment dalam mendidik anaknya. Karena mereka tau, anak-anak mereka mau belajar untuk mengharapkan dapat memperoleh sesuatu yang berbentuk konkret sebagai apresiasi terhadap mereka karna mau belajar.

Semua itu adalah keadaan di masa lalu, disaat kita masih belum memahami hakikat menuntut ilmu yang sebenarnya. Dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, pendidikan mulai lebih memberikan kemanfaatan tentang ilmu, daripada memberikan produk ilmu. Pendidikan mulai memahamkan dan membelajarkan kegunaan ilmu, serta menggali dan membentuk karakter tentang kepribadian.

Di masa remaja, pemberian iming-iming tidak begitu perlu. Karena pada masa ini, manusia mulai menyadari tentang kepentingan mereka sendiri akan kebutuhannya dalam belajar. Meskipun dalam niatan hati, mereka masih sedikit mempunyai harapan untuk memperoleh sesuatu (reward) atau menghindari sesuatu (punishment).

Semakin mendekati kedewasaan, dan semakin menjadi dewasa, sampai meninggalkan masa dewasa menuju lansia, manusia diharapkan bisa benar-benar belajar dari hati dan dengan hati. Dapat benar-benar belajar tanpa mengharapkan apapun, dapat memandang bahwa belajar adalah kewajiban setiap manusia berakal yang sudah diperintahkan oleh Tuhan. Dalam tingkatan inilah, manusia bisa memperoleh pemahaman penuh tentang hakikat menuntut ilmu.

Sebenarnya, pemahaman tentang menuntut ilmu atau belajar itu tidak tergantung dari factor usia atau kedewasaan. Tapi karena niatan dan hati masing-masing manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun