Tidak ada kebanggaan bila bukan kita sendiri yang berkelit membuat alasannya. Tidak ada kebahagiaan bila bukan kita sendiri yang merekayasa. Harga diri pun nyaris tidak ada bila bukan kita sendiri yang menghargainya. Hidup sebagian memang diisi oleh hal-hal fana, ilusi, manupulatif, paradox, penuh dengan jebakan dan keniscayaan. Pada titik tertentu semua ini terasa begitu sulit se sulit sulitnya.
Apa mau dikata bila keadaannya masih gini-gini saja. Tanpa ada banyak modal jadinya hanya sedikit yang bisa dikerjakan. Sudah coba usaha dan berkarya ini itu namun hasil tak menentu. Harus tetap semangat walau dipandang seperti kemalasan. Harus tetap semangat walau esok entah harus melakukan atau tidur-tiduran saja. Bertahan untuk tetap waras, berjuang melawan keputusasaan. Jangan menyerah karena sudah terlambat, sudah setengah perjalanan. Bila mereka mengorientasikan kepada hasil, Saya bergulat untuk mawas diri, dikit demi sedikit menyaring jebakan dunia.
Orang miskin juga punya privilege, nikmati saja pengalaman ini selagi miskin, tentang perasaan dan pemikiran ganjil yang saat ini kita rasakan takkan mungkin terbayangkan bagi mereka yang hidup dalam kemakmuran. Ya, Aku memang sedang miskin, ingin baju baru saja susah sekali. Ingin mobil hot wheels saja tak kunjung kebeli. Beda dengan mu yang mampu beli mobil Ferarri dan Lamborgini walaupun tahu mobilnya pasti hanya untuk pajangan di garasi. Oleh karena itu Kita bebas untuk mengkritik dan teriak, sebab keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat bagai pungguk merindukan bulan.
Saking susahnya kami, circle-circle kami lama kelamaan di penuhi oleh orang-orang susah. Teman-teman pada susah, yang kaya pun belagak susah. Teman dan sodara yang kaya hanya bisa memberi petuah dan memberi success story nya, namun bila diminta ia juga sedang susah katanya. Gimana sih?
Seyogyanya  KPK (Komisi pemberantas korupsi) membuka cabangnya di seluruh Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia deh. Karena semakin hari ku terngiang-ngiang oleh pemberitaan dana di korupsi dari tingkat RT, Desa, hingga DPR dan Mentri pada korupsi gila-gilaan. Buat apa rakyat di iming-imingi BLT (bantuan langsung tunai) Rp 600 Ribu per 3 bulan? Yang pasti akan dirorupsi di perjalanan saat menuju rakyat yang membutuhkan, dan pastinya tidak akan semua orang miskin dapat yang mendapatkannya. Kalo tak bisa adil mending jangan digunakan.
Kalo kata pribahasa mah: Jangan di kasih ikan. Namun berikan pancingan dan tunjukan kolam mana yang  boleh di pancing, dan tunjukan cara untuk menjual ke pasarnya.
Yah Apa mau dikata bila keadaannya masih gini-gini saja. Namanya juga hidup pasti ada yang menang dan kalah, ada yang di atas ada yang dibawah. Menikmati keadaan ini tentang perasaan dan pemikiran pahit yang tak mungkin bisa dibayangkan dan dirasakan oleh orang-orang di atas sana. Dari bawah sini kita melihat keadilan sosial hanya semboyan yang sukar untuk diwujudkan, dari sudut bawah sini saya melihat polemik kehidupan kaum-kaum yang termarjinalkan. Yah inilah pembelajaran yang sedang Aku jalankan, bersyukur, sabar, pasrah, ikhlas, berjuang, jatuh dan bangkit. Untuk saat ini hanya bisa melakukan ini, privilege bagi ku orang yang sedang miskin. Mungkin nanti bila sudah tidak miskin, maka tidak ada pendalamandan pengalaman yang serupa sekarang ini......... Apa mau di kata nikmati saja lah.
Di awal tahun 2023 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Azwar Anas mengatakan Negara menghabiskan anggaran sebesar 500 Triliun untuk tujuan pengentasan kemiskinan. Dananya habis terserap untuk belajar dan studi banding, dari 500 Triliun hanya 0,6% yang tepat sasaran. Fucek Men, itu dana gede banget. Kata nabi juga apa? "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya, "Bagaimana maksud amanat disia-siakan?" Nabi pun menjawab, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Hadits Bukhari Nomor 6015).
Saya bagikan life hack untuk para pejabat dan aparatur sekalian, daripada kalian (pejabat dan aparatur) mikirin hal-hal yang tidak relevan dan tak terbayangkan olehmu, daripada dana 500T habis untuk studi banding yang hanya menghasilkan teori dan konklusi yang belum tentu benar, lebih baik  pekerjaan mengentaskan kemiskinan itu dibebankan kepada kita-kita yang sudah berpengalaman dan banyak makan asam garam dalam dunia kemiskinan. Karena kamilah yang lebih tahu detail-detail dan spesifiknya tentang problematika kemiskinan ini. Bukan kalian yang membahas kemiskinan dengan mensewa hotel-hotel mewah.
Negara ini diibaratkan sebuah tubuh manusia. Tubuh ini sedang sakit di sekujur badan. Ia demam dan menggigil hampir di seluruh persendian tidak ada yang sehat. Orang-orang miskinlah yang menahan sakit dan sekingkali terpaksa berpuasa, menahan hawa nafsu dan foya-foya lainnya. Sedangkan  orang kaya, sudah tahu dirinya sedang sakit dan banyak hutang namun masih saja suka boros banyak jajan-jajan sembarangan. Sudah tahu sakit makan nya permen melulu.