Mohon tunggu...
Julia Jasmin Rifka Hayati
Julia Jasmin Rifka Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Pendidikan Fisika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemampuan Komunikasi dalam Pendidikan Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia

24 Juni 2021   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2021   19:11 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. | Arif Satrio Pamungkas | Julia Jasmin Rifka Hayati

Studi dari Rumah Sebagai Kebijakan Program Krisis Covid-19
Kebijakan pemerintah mengharuskan semua kegiatan dilakukan dari rumah tanpa terkecuali, termasuk di bidang pendidikan dengan membuat sistem Study from Home (SfH). Langkah ini diambil untuk mengatasi krisis di bidang pendidikan saat terjadi pandemi COVID-19. Krisis dapat diartikan sebagai situasi yang tidak diinginkan sehingga harus segera diatasi agar tidak mengganggu sistem lain (Luhukay, 2013). Menurut mahasiswa, kebijakan program krisis berupa SFH memang harus diambil pemerintah untuk memutus rantai Covid-19. "Ini darurat, jadi Anda belajar dari rumah sebagai pilihan". Ungkapan lain disampaikan dosen bahwa pembelajaran online merupakan tindakan cepat pemerintah dalam menghadapi krisis akibat pandemi COVID-19. "Sudah sepantasnya kebijakan ini diterapkan untuk membantu pemerintah menghentikan eksposur korona".

Secara umum dosen dan mahasiswa mengetahui kebijakan pemerintah dalam memutus rantai Covid-19 adalah dari kanal media massa. Mereka mengakui informasi tersebut sangat mudah didapat karena pemerintah menyediakan saluran khusus terkait informasi COVID-19 berupa siaran TVRI dan website Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Situasi ini diakui oleh para informan sebagai bentuk keterbukaan informasi publik. "Selalu tahu berita terbaru COVID karena pemerintah menyediakan saluran resmi, dan itu sangat membantu". Senada dengan pernyataan key informant bahwa informasi sudah menjadi kebutuhan publik, pemerintah harus menyiapkan bahan-bahannya. "Pemerintah sudah menyiapkan semua media untuk mengakses informasi COVID-19". Keterbukaan ini menuntut publik untuk mengakui bahwa mereka memiliki akses informasi yang mudah (Ahmadi, Rachmiatie, & Nursyawal, 2019). Begitu pula dengan situasi pandemi saat ini, pemerintah harus menyediakan saluran media yang mudah dan kredibel sehingga dapat membantu memutus rantai COVID-19.

Pengalaman siswa yang belajar online selama COVID-19

Sejak pertengahan Maret 2020, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan Study from Home (SfH). Kebijakan ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan, dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi. SfH adalah pengobatan pembelajaran berurutan selama pandemi corona virus atau COVID-19. SfH dilaksanakan melalui pembelajaran online berbasis teknologi internet. Belajar online dengan menggunakan berbagai aplikasi chatting dan video conference. Namun kelemahan dari kebijakan ini adalah tidak dapat diterapkan secara merata mengingat setiap daerah memiliki karakteristik geografis yang berbeda. Di beberapa daerah mengalami kesulitan mendapatkan jaringan internet. Kelemahan lain yang ditemukan berupa kemampuan komunikasi dosen dan mahasiswa. Perubahan sistem pembelajaran dari yang semula tatap muka di kelas menjadi online tentunya berimplikasi pada perilaku komunikasi siswa. Mereka yang sebelumnya terbiasa berkomunikasi langsung dengan dosen atau teman sekelas kemudian beralih ke komunikasi virtual. Diakui para mahasiswa, perubahan perilaku melahirkan kebiasaan baru, seperti berkomunikasi, menggunakan laptop atau smartphone. Sapa dosen dan teman dari kejauhan, biar kurang akrab secara emosional. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam menangkap pesan nonverbal, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. "Tidak menyenangkan belajar online, saya tidak bisa melihat bahasa tubuh teman dan dosen". Ungkapan senada juga dikatakan bahwa pembelajaran online kurang dinamis karena dibatasi oleh waktu online. "Kesulitan dalam berkolaborasi, berinteraksi dengan teman dan dosen terbatas". Mahasiswa mengakui bahwa keterbatasan pembelajaran online belum menciptakan kelas kolaborasi. Padahal kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa. Pengakuan informan ini diungkapkan dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa perilaku komunikasi dosen sangat menentukan kemampuan mahasiswa dalam menerima materi di kelas. Misalnya dosen yang tersenyum dapat diartikan oleh siswa bahwa gurunya sedang menunjukkan ekspresi senang. Guru yang selalu melakukan kontak mata dengan siswa pada gilirannya dimaknai bahwa guru memperhatikan seluruh siswa (Sitompul, 2012).

Dapat disimpulkan, ada dua kelemahan pembelajaran online sebagai implementasi program krisis Study from Home (SfH) di Indonesia. Kelemahan terdiri dari kelemahan komunikasi dan teknis. Kelemahan komunikasi terjadi ketika dosen tidak menyiapkan materi pembelajaran, tidak menjelaskan materi secara interaktif, dan tidak ada suasana empati dalam proses pembelajaran. Kelemahan ini disebabkan oleh dosen yang belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan kompetensi komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kompetensi komunikasi menggunakan kemampuan empati, kemampuan niat baik, adaptasi, interaktif, dan kemampuan mengelola semua aspek pembelajaran termasuk waktu pembelajaran, materi, diskusi, dan tugas belajar.
Disamping itu juga terdapat kelemahan teknis, seperti sistem jaringan internet yang meningkatkan biaya kuota internet. Hal tersebut juga dirasakan sangat mengganggu konsentrasi siswa saat melakukan pembelajaran. Peningkatan kompetensi komunikasi dan kualitas jaringan internet diharapkan mampu membangun hubungan yang baik sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Study from Home (SfH) adalah program krisis dalam pendidikan selama pandemi COVID-19. Program ini bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia dalam memutus rantai virus mematikan tersebut. Implementasi SfH terdiri dari pembelajaran online dengan menggunakan berbagai aplikasi berbasis internet. Hasil kajian ini tentunya masih bisa dikembangkan, karena masing-masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Namun demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sesuai sebagai bahan acuan bagi pemerintah Indonesia dalam menentukan kebijakan pembelajaran di era normal baru di tengah pandemi COVID-19.

Referensi :
Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication 36(3):67-82 DOI:10.17576/JKMJC-2020-3603-05

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun