Pemateri : Miftahul Fikri, M.Pd.
Jum’at, 29 Maret 2024
Kehidupan seringkali dipenuhi dengan beragam perjuangan dan ujian yang menuntut kesabaran, keteguhan, dan sikap tawakal. Dalam perjalanan ini, dua konsep penting dalam Islam, zuhud dan menjauhi penyakit hasad, muncul sebagai penuntun bagi umat Muslim dalam mengarungi lika-liku kehidupan. Zuhud, yang berarti kesederhanaan dan menjauhi keduniaan, serta penyakit hasad, yang merupakan sifat dengki yang membahayakan, menjadi titik sentral dalam membentuk karakter dan moralitas kaum Muslimin. Dalam hadis yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, tema-tema ini dipahatkan dengan tajam untuk menginspirasi dan membimbing umat Islam dalam menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran spiritual dan moral. Dengan memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memperkukuh iman, mempererat hubungan sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Zuhud, sebagai konsep fundamental dalam Islam, bukanlah tentang menolak dunia atau menolak nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada umat-Nya. Sebaliknya, zuhud adalah sikap yang mengarah pada kesederhanaan dan ketenangan hati di tengah-tengah kenikmatan dunia. Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat-Nya untuk tidak terlalu terikat pada dunia material, karena dunia ini hanyalah tempat sementara yang akan ditinggalkan. Dalam konteks ini, zuhud bukanlah tentang menjadi miskin atau hidup dalam kemiskinan, tetapi tentang memegang dunia ini dengan tangan terbuka, tidak terlalu terikat padanya, dan tidak membiarkan harta dan materi menguasai pikiran dan hati.
Kesederhanaan merupakan inti dari zuhud. Rasulullah SAW hidup dalam kesederhanaan yang luar biasa, meskipun beliau memiliki kekuasaan dan kekayaan yang besar. Beliau mencontohkan kepada umat-Nya bahwa kekayaan sejati bukanlah dalam kepemilikan harta yang melimpah, tetapi dalam kekayaan batin yang tidak ternilai. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Kaya itu bukanlah memiliki harta yang melimpah, tetapi kaya itu adalah jiwa yang bersih dan hati yang lapang.” Pesan ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kehausan akan harta dan materi, melainkan untuk mengutamakan kekayaan spiritual dan kepuasan batin.
Selain zuhud, hadis juga menyoroti penyakit hasad yang merupakan salah satu penyakit hati yang paling merusak. Hasad, atau dengki, adalah perasaan iri hati terhadap keberhasilan, kebahagiaan, atau keberuntungan orang lain. Rasulullah SAW menjelaskan bahaya hasad dalam hadis dengan menggambarkan hasad sebagai api yang membakar iman seseorang seperti api membakar kayu bakar. Hasad dapat merusak hubungan antar sesama, merusak persaudaraan, dan menghalangi seseorang dari mencapai kebahagiaan sejati.
Penyakit hasad tidak hanya merugikan orang yang menjadi sasarannya, tetapi juga merugikan orang yang merasakannya. Hasad menciptakan rasa ketidakpuasan yang konstan dalam diri seseorang, merusak kedamaian batin, dan menjauhkan seseorang dari keberkahan Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat-Nya untuk menjauhi hasad dan menggantinya dengan rasa ridha dan syukur terhadap nikmat Allah atas segala karunia-Nya. Dengan bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada orang lain, seseorang dapat menumbuhkan rasa kedamaian dan kepuasan dalam hatinya sendiri.
Pada zaman modern ini, tantangan untuk hidup dalam zuhud dan menghindari penyakit hasad semakin kompleks. Teknologi dan media sosial telah memperluas jangkauan interaksi sosial kita, namun juga membuka pintu bagi perbandingan sosial yang tidak sehat dan perasaan tidak puas. Serangkaian tindakan dan pameran kehidupan yang serba mewah dan glamor di media sosial dapat merangsang rasa tidak puas dan iri hati dalam diri seseorang. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk kembali kepada ajaran Islam yang menganjurkan kesederhanaan dan keridhaan terhadap takdir Allah.
Salah satu cara untuk memperkuat sikap zuhud dan menghindari penyakit hasad adalah dengan meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Allah SWT. Dengan memperdalam hubungan spiritual, seseorang dapat mengalami kedamaian batin dan kepuasan yang tidak tergantung pada hal-hal duniawi. Shalat, dzikir, dan ibadah lainnya dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengalihkan fokus dari dunia material kepada kehidupan akhirat.
Selain itu, penting juga untuk membangun komunitas yang saling mendukung dalam perjalanan spiritual ini. Dengan bersama-sama menjaga satu sama lain dari godaan dunia dan mengingatkan satu sama lain akan pentingnya zuhud dan menjauhi hasad, kita dapat memperkuat iman dan moralitas kolektif. Bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung nilai-nilai Islam akan memungkinkan kita untuk tumbuh bersama sebagai individu dan sebagai umat.
Pendidikan juga memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran akan pentingnya zuhud dan menjauhi hasad. Dengan memperkenalkan konsep-konsep ini kepada generasi muda sejak dini, kita dapat membantu mereka membangun fondasi moral yang kokoh dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia modern dengan keyakinan dan keteguhan hati.