Mohon tunggu...
Julia Parhusip
Julia Parhusip Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ayooo...menulis..,am interested in Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coklat, Cinta, Velentine

12 Februari 2012   15:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13290483981202981877

Ini adalah kisah tentang seorang remaja pria yang bernama Antok. Seorang remaja yang masih duduk di bangku SMP. Seperti kebanyakan anak seumurannya yang sudah mulai coba-coba pacaran dengan lawan jenis, Antok pun demikian. Antok menyukai seorang perempuan bernama Tini yang masih satu sekolah dengannya. Tini adalah seorang perempuan yang berparas cantik, putih, manis, intinya dia adalah gambaran perempuan idaman laki-laki. Tetapi untuk mendapat cinta Tini bukan perkara mudah, pasalnya banyak laki-laki yang keren, kaya dan populer yang juga mengejar Tini. Sementara si Antok sudah tidak tajir dan wajah pun paspasan tentu saja tidak percaya diri untuk mendekati Tini dan hanya bisa memendam perasaannya saja. Diceritakan, suatu hari Antok menemukan sebuah buku harian di sebuah bangku taman sekolah. Ketika dia melihat nama pemilik buku harian tersebut , ternyata buku itu milik Tini. Antok langsung membacanya dengan perasaan senang dan penasaran campur degdegan, ini kejadian yang jarang-jarang terjadi soalnya. Antok serasa mendapat durian runtuh ketika dia membaca satu halaman dalam buku harian tersebut yang tertulis: "aku (Tini) pasti akan menerima cinta seorang pria jika dia memberikan coklat yang bentuknya unik dan yang lain daripada yang lain di hari Valentine". "Ooo...itu rupanya rahasianya", pikir Antok. Si Antok senang bukan main sampai dia terus-menerus tersenyum seperti orang gila. Esok harinya, Antok pergi menemani temannya ke sebuah supermarket dekat rumah. Dan coba tebak apa yang dilihatnya, sebuah coklat yang panjangnya kira-kira 50cm dan beratnya 1kg. Antok baru kali ini melihat ada coklat sebesar itu. Dia tidak bisa menyembunyikan kegirangannya. Ketika dia melihat harga coklat itu dia hanya bisa menelan ludah. Harganya seratus enam puluh ribu rupiah saja. Bagi Antok yang hanya anak seorang sopir angkot dan pejual gado-gado masih bisa tetap sekolah saja sudah bagus, jadi kalau harus mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli sebuah coklat ibunya pasti berkata lebih baik digunakan untuk biaya hidup dan sekolah. Tapi yah namanya orang lagi jatuh cinta maka segala cara pun ditempuh. Singkat cerita, itu coklat akhirnya sampai juga di tangan Antok dan sudah dibungkus dengan rapi siap untuk diberikan. Saat hari Valentine tiba, Antok menitipkan coklat tersebut kepada Ani teman baiknya Tini beserta dengan sepucuk surat (hari gini masih pake surat?). Sore harinya Antok terlihat berpakaian rapi dan sedang celingak-celinguk seperti sedang mencari seseorang di sebuah mall. Tidak berapa lama muncullah orang yang dinanti-nanti dan ternyata itu Tini. Resep dari buku harian itu ampuh juga. Dia terlihat anggun dan cantik dengan baju warna pink dan rambutnya yang ikal dibiarkan tergerai. Yup, si Antok berhasil mengajak Tini kencan, dan tanpa berlama-lama lagi Antok langsung nembak Tini. Dan si Tini pun tanpa berpikir dua kali langsung menerima cinta Antok. Wow, mudah sekali! Maka jadilah hari itu Antok dan Tini berkencan dan esoknya dan esoknya juga. Antok berhasil mendapat bidadarinya sekolah dan dia tentu saja serasa melayang ke langit ke tujuh (kalo bisa). Cerita pun berakhir dengan happy ending. Ups, happy ending? Siapa bilang. Di hari ketiga sejak mereka berpacaran, mendadak si Tini menjadi sulit ditemui oleh si Antok. Si Tini jadi mirip makhluk halus yang tidak terlihat namun ada. Antok jadi bingung melihat pacarnya berubah tiba-tiba. Dengan bantuan Ani akhirnya Antok bisa ketemu dan bicara dengan Tini. "Kenapa sich kamu susah ditemui akhir-akhir ini?" Tanya Antok. "Lho apa urusannya dengan kamu, suka-suka aku dong", jawab Tini ketus. "Aku kan pacar kamu wajar dong kalo aku tanya begitu", jawab Antok. "Pacar? Kamu ga salah, siapa bilang kita pacaran". Antok kebingungan mendengar jawaban Tini barusan. "Tapi menurut buku harian tersebut....", kata Antok bingung. "Ooo...jadi buku harian aku ada sama kamu, pantesan. Kayaknya kamu harus baca dengan teliti dech dan coklatnya sudah abis aku makan", jawab Tini kalem. Antok terlihat membolak-balik lembaran buku harian tersebut, "sepertinya tidak ada yang terlewatkan", pikir Antok. Tapi tunggu dulu seperti ada yang aneh. Di lembaran yang ada yang tertulis 'aku (Tini) pasti akan menerima cinta seorang...bla bla..' Terasa tebal seperti lengket dengan lembaran berikutnya. Ketika Antok memeriksanya, benar lembarannya lengket. Penyebab lengketnya karena beberapa butir nasi, mungkin pada waktu menulisnya Tini lagi makan nasi. Di lembaran yang lengket itu tertulis (yang rupanya sambungan dari halaman sebelumnya): 'selama coklatnya masih ada cinta juga lanjut, tapi kalau coklatnya habis cintanya juga habis, ada coklat ada cinta, ga ada coklat cinta pun byebye'. Tinggallah si antok yang terduduk dengan lemas. Lenyap dech uang sebesar seratus enam puluh ribu rupiah saja. Nasib...nasib... Happy Valentine! (Cerita ini terinspirasi waktu liat coklat dengan berat 1kg dan panjang kira-kira 50cm di sebuah supermarket) ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun