Mohon tunggu...
Yulia Yuli
Yulia Yuli Mohon Tunggu... Blogger -

Simple life @Julayjo

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Libido Orin (4)

3 Januari 2015   09:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Orin duduk termenung di teras depan rumah. Di perhatikannya bunga kamboja berwarna merah muda. Namun hatinya masih berkecamuk. Antara ragu namun penasaran, siapa sebenarnya sosok lelaki bernama Rudy. Kenapa ia berbeda seratus delapan puluh derajat. Di kantor begitu berwibawa, sedikit senyum, namun perhatian terhadap semua karyawannya. Termasuk dirinya.

Kenapa Rudy selalu menghindar dan menolak ajakannya untuk bertemu di luar kantor. Padahal dirinya sangat ingin mengenal lebih dekat. Setelah apa yang  pernah mereka lakukan di kantor waktu itu. Ia ingin membangun chemistry supaya hatinya ikut menikmati. BBM pun selalu dijawabnya dengan singkat, pake emotikan. Sungguh menyebalkan. Tapi yang anehnya lagi Rudy suka menyapanya pagi-pagi tanpa dimintanya.

Diteguknya secangkir kopi hitam, seperti ada emosi baru yang dirasakan Orin setelah meminumnya. Dirinya mulai menyiapkan siasat jebakan supaya Rudy berhasil dilumpuhkannya. "Hemm Dasar wanita nakal!..Orin menyeringai dengan sebutan yang ia juluki terhadap dirinya. Orin tidak mau setelah ia merelakan tubuhnya, di buang begitu saja. Karena hati kecilnya mulai menggerayangi pikirannya. Ya, ia mulai menyukai sosok si bos Rudy. Cinta? Entahlah...

Yang  jelas hari-harinya selalu dipenuhi bayangan dan khayalan tentang kebersamaannya bersama Rudy. Terkadang ia gregetan sendiri bila papasan dijalan dengan Rudy. Hatinya berdegup kencang. Sedangkan Rudy sepertinya biasa-biasa saja, seolah-olah diantara mereka tidak pernah terjalin sesuatu yang spesial. Langkah Rudy senantiasa tergesa, senyumpun hanya selintas dan ini ditujukan bukan buat Orin semata. Namun seisi ruangan itu.

*******

Semalam Orin dapat bbm dari Rudy. Dan ini jadi surprise buatnya, jarang-jarang si bos ngebbm nyuruh ia masuk kantor. Padahal besok Sabtu, hari libur. Mungkin Rudy merencanakan sesuatu untuk bisa berduaan. Atau memang ada hal yang urgent, nyangkut urusan kantor. Tidak ingin sekedar menebak-nebak. Orin bergegas merapikan dirinya. Dilihatnya jam menunjukkan pukul tujuh lebih seperempat.

Setibanya di kantor ia melihat suasana kantor sepi, tidak ada aktifitas. Hanya pak Satpam yang berjaga itupun jaraknya jauh dari ruang lobi. Biasanya walaupun ini hari libur, para cleaning service satu dua, ada lah..Lantas Orin menuju ruangan biasanya ia berada, hanya sekedar memeriksa. Barangkali Rudy tengah menunggunya disana. "Tapi apa mungkin?.." Diliriknya pintu ruangan Rudy yang memang berhadapan lansung. Pintu itu tertutup.

Dengan perlahan ia ketuk pintu itu. Satu dua tiga kali masih tidak ada jawaban. Orin mulai was-was, jangan-jangan Rudy membohonginya. Lantas di dorongnya pintu. Tidak terkunci! Mata Orin memeriksa ruangan itu, namun memang tidak ada siapa-siapa. Penasaran ia pun menuju kamar mandi dalam ruangan itu. Hasilnya? Tetap tidak ada. "Hemm.. mungkin Rudy berada di ruang rapat" pikiran Orin mulai tidak karuan, antara kesal dan khawatir. Kalau-kalau ini hanya jebakan.

Dan, memang benar dugaannya. Di ruang rapat pun ternyata tidak ada sosok Rudy. Di seretnya kursi, lantas terduduk lemas. Orin menarik napas panjang. Ia mencoba menenangkan dirinya. Lalu di raihnya hp dari dalam tas, di periksa kembali bbm dari Rudy semalam. Dan... Astaga! Orin terkesiap kaget. Karena ternyata isi bbm itu dari Rudy, teman satu kuliahnya. Bukan dari bos Rudy yang ia idam-idamkan dari semalam.

"Kampret bener! sialan gue kejebak dengan angan gue sendiri.." Orin mengutuk dirinya. Malu, marah dan tertawa, hanya itu yang dirasakan Orin saat ini. Ia menertawakan kebodohannya. Sebab apa ia bisa bersikap sedemikian rupa. Hanya orang tolol yang mau bertindak demikian. Pantas tadi pak Satpam keheranan. "Kok tumben, hari Sabtu masuk, bu?.." Orin hanya tersenyum menjawab pertanyaan pak Satpam. Ia tidak mau berpanjang lebar, karena pikirannya fokus akan pertemuannya dengan bos Rudy.

**bersambung**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun