Mohon tunggu...
Yulia Yuli
Yulia Yuli Mohon Tunggu... Blogger -

Simple life @Julayjo

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Libido Orin (2)

27 November 2014   14:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:43 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Uuugh.. uuugh.." Tak Kuasa menahan hasrat. Rudy bangkit dari kursi sambil memegangi perutnya yang tegang. Kram. Ya, Rudy entah sudah berapa lama ia tak merasakan rasa (hasrat) yang barusan dialaminya. Empat tahun sudah berlalu semenjak istrinya pergi dan meminta cerai. Hari-hari yang dilaluinya ia lewati dengan berbagai kesibukan. Bekerja siang dan malam. Itu semua dilakukannya sebagai pelampiasan.

Diliriknya jam yang bertengger di dinding, menunjukkan angka 11:10. Sedikit tarikan nafas lalu menghembuskannya secara perlahan. Rudy mencoba mengalihkan perhatiannya. Diambilnya berkas diatas meja, berjalan bolak-balik sambil memperhatikan map yang ada digenggamannya. Ia kembali menduduki kursi. Dibentangkannya dan diangkat sedikit tinggi, untuk menutupi pemandangan yang ada dihadapannya.

Rudy merasakan kepalanya mulai agak pening. Ia memejamkan kedua matanya. Lalu "Pluuk..!" Tiba-tiba map  terjatuh. Kaget dan sedikit grogi, diambilnya kembali map itu. Dan tak sengaja ia kembali mendapati pemandangan yang ada diseberang meja kerjanya. Dengusan nafasnya semakin meningkat. Dicengkramnya map itu dengan kuat, seakan-akan melindunginya jangan sampai terjatuh lagi.

"Hmm.. si bos kenapa kok dari tadi sepertinya gelisah" Orin keheranan melihat tingkah laku bosnya. Sambil membereskan map-map yang sudah dikumpulkannya. Pandangan matanya mulai sedikit nakal. Ia perhatikan kaki dibawah meja disebrangnya yang bergerak-gerak. Terlihat seperti orang yang gelisah. Entah setan dari mana Orin tiba-tiba mencopot dua kancing dressnya, sambil membetulkan posisi dadanya. Lalu bangkit dan mendekati meja bos Rudy.

"Pak.. maaf, untuk berkas yang ini apa harus saya buat arsipnya..?" Sambil membungkuk dan merapatkan badannya ke meja, Orin sengaja mencari perhatian bos Rudy, yang dirasakannya si bos ini terlihat gelisah. Karena ia sebenarnya memperhatikan juga, tingkah laku pria yang ada dihadapanya itu. Dan dugaannya itu benar. Bos Rudy terlihat kaget mendapati Orin yang sudah ada dihadapannya.

"Oh..ehmm.., ya ya, gimana.. gimana?" Rudy gelagapan dengan pertanyaan Orin. Sambil meletakkan map yang sudah terjatuh tadi. Rudy berusaha menenangkan diri dengan menahan nafas. Namun apa yang didapatinya, sungguh diluar dugaan. Belahan itu seakan mengajaknya tersenyum dan menyapa. Kontan Rudy yang sedari tadi menahan gejolak lelakinya. Semakin tak karuan dibuatnya.

Rudy menggeserkan kursi mendekati mejanya. Menekan perutnya ke meja itu. Ya, perutnya semakin mengeras. Kramnya mulai kambuh lagi, padahal tadi sudah agak sedikit melemas. Kini bukan gairah lagi yang dirasakannya. Namun rasa sakit . Melilit disertai nyeri yang amat sangat. Dicengkramnya kuat-kuat pegangan kursi, sambil meringis kesakitan. Ia berusaha meminta bantuan Orin dengan melepaskan tangan kanan dari pegangan kursi.

Sontak saja Orin kaget dengan kejadian ini. Dengan cepat melaju mendekati tubuh bos Rudy. Diraihnya gapaian tangan bos Rudy dengan sedikit kebingungan. Ia tidak tahu harus bagaiman dan harus diapakan. Melihat keadaan bosnya yang meringis kesakitan. Orin mencoba menjauhkan kursi yang diduduki bosnya. Secepat kilat diambilnya segelas air putih yang memang sudah tersedia dimeja itu. Lantas meminumkannya ke mulut bos Rudy.

Pandangan mereka beradu. Hanya berjarak 30 senti. Mata Rudy yang nanar akibat rasa nyeri masih saja melirik belahan itu. Sedangkan Orin tidak menyadari kalau kancing bajunya yang sengaja dilepaskan tadi. Membuat bos Rudy kembali kesakitan. Kram diperut itu semakin menjadi-jadi. Orin yang sedari tadi memegangi tangan kanan Rudy merasakan cengkraman itu begitu kuat.

-Bersambung-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun