Mohon tunggu...
Yulia Yuli
Yulia Yuli Mohon Tunggu... Blogger -

Simple life @Julayjo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

{DEAR PPA} Menolak Rindu

28 Februari 2015   13:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14250326011467835266

Dalam diam rasa ini terus bergejolak menatap hati

Luapan emosi tertatih saat dirimu berucap getir sakti

Gaung terus menerus kau agungkan pada bela arogansi

Pernahkan kau tertidur lelap seraya meraba kediaman raga
Disini titahmu yang masih tertancap kokoh penuh duri
Air mata ini penuh memori mengalirkan desahan luka
Luncuran kalimat kerap kau tuangkan tanpa makna rasa
Sebisa apa dirimu tersenyum meski hanya nyayian bisu
Sengaja kau jejali nuraniku dengan sekelumit jeratan
Kau jambak hati ini dengan temali terulur ikatan suci

Pada apa ku sanggup menghilangkan fakta mentari itu mulai redup
Singgahmu sekedar adanya kupu-kupu yang menari penuh bakti
Kekinian ini pendarkan pelita yang masih terasa buram
Bias melepas namun tak urung ku perjelas tanpa azas
Terus menerus meramu pada hakikat keadaan
Raga ini tergerus namun tetap kokoh pada pendirian

Kau lepas aku resah
Kau dekap aku jenggah
Berbaringku penuh ramah
Lantas gundah..

Bandung, 1 Maret dini hari
@Julayjo

[caption id="attachment_353251" align="aligncenter" width="150" caption="No Urut 15 (telat)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun