Mohon tunggu...
Julaikah Subianto
Julaikah Subianto Mohon Tunggu... Guru - Guru di Yayasan Pupuk Kaltim

Menulis itu menyenangkan. Menulis tentang apa saja yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Toxic Parents

11 Juni 2023   11:30 Diperbarui: 11 Juni 2023   13:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dok. pribadi

Ayah, Bunda, pernah mendengar istilah Toxic Parents ?

Akhir-akhir ini isu mengenai Toxic Parents sedang marak dibicarakan. Toxic parents adalah pola asuh orang tua yang buruk karena tidak mempedulikan dampaknya bagi perkembangan anak. Toxic parents dapat berdampak sangat fatal pada anak. Bahkan pola toxic parents ini seperti lingkaran setan, yang dapat terus diturunkan dari orang tua kepada anak keturunannya. Mengerikan bukan?

Menurut Psychology Today, orang tua yang menerapkan pola asuh toxic parents cenderung tidak menghargai dan memperlakukan anak-anak mereka sebagai individu. Orang tua cenderung tidak mau berkompromi dan tidak bertanggung jawab atas perilaku yang mereka lakukan terhadap anak. Orang tua toxic tidak pernah mengakui kesalahannya atau meminta maaf kepada anak.

Apakah kita sudah menerapkan pola asuh yang tepat ?
Atau ternyata kita termasuk orang tua yang memiliki salah satu dari ciri toxic parents berikut:

1. Toxic Parents cenderung egois dan kurang empati pada anak dan tidak mempertimbangkan kebutuhan atau perasaan anak.

2. Toxic Parents bereaksi berlebihan (dramatis) terhadap apa yang dilakukan anaknya, bahkan tidak bisa diprediksi kemarahannya.

3. Toxic Parents memiliki kontrol yang ketat tanpa kompromi terhadap anak.

4. Toxic Parents jarang memberikan apresiasi dan selalu merasa kurang atas pencapaian anaknya. Cenderung menuntut anaknya menjadi sempurna.

5. Toxic Parents akan mencari orang lain atas kegagalan atau kesalahannya dalam mendidik anak.

6. Toxic Parents cenderung tidak peduli pada kemampuan dan kesanggupan anak mengerjakan sesuatu. Bahkan sering membanding-bandingkan kemampuan anaknya dengan anak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun