Mohon tunggu...
Julaeha Jahidi
Julaeha Jahidi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

an ordinary housewife

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkemah di "The Biggest Dessert in the World"

9 Januari 2012   19:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326163179206447333

Berawal dari ajakan dan rayuan maut seorang sahabat, kami akhirnya berangkat ke Liwa, lokasi kemah yang diadakan oleh komunitas Indo Emirate. Pada mulanya kami benar-benar tak tertarik dengan ajakan ini, maklum saja karena kami masih mempunyai balita, repot sekali rasanya membayangkan persiapan untuk berkemah apalagi ini berlokasi di Liwa, bagian dari Rub Al khali, an empthty quarter, salah satu gurun pasir terbesar di dunia. Namun akhirnya di menit-menit terakhir sebelum keberangkatan, kami memutuskan untuk ikut. Alasan nya, demi memuaskan sense of adventure kami yang akhirnya tertantang untuk merasakan petualangan di gurun. Dan di samping itu ingin memberikan pengalaman yang benar-benar baru untuk putri saya yang sedang liburan sekolah. Perjalanan menuju Liwa Setelah sholat jum'at berangkat lah kami menuju Liwa yang terletak sekitar 200km sebelah barat Ruwais tempat kami tinggal. Liwa adalah salah satu bagian dari Rub AL khali atau emphty quarter, "one of biggest dessert on earth" yang luasnya membentang sepanjang 650.000 km mencakup 4 negara yaitu Saudi Arabia, Oman, Yaman dan UAE. Dan Liwa berlokasi di ujung utara Rub Al khali. Kami berangkat sendiri sedangkan rombongan Indo emirates sudah berangkat terlebih dahulu yang terdiri dua kelompok keberangkatan; pagi hari dan siang hari sehabis sholat jum'at. Total 14 keluarga yang mengikuti acara berkemah ini.

[caption id="attachment_162676" align="aligncenter" width="672" caption="foto dok:maya taufiq"][/caption] Amazing and suprising.... saya benar-benar tak menyangka ketika melihat hamparan gurun pasir di sepanjang perjalanan kami, ternyata gurun pasir memiliki pesona yang indah dan misterius. Hamparan pasir berwarna merah jingga yang teronggok membentuk meliuk-liuk bagaikan ombak, terkadang seperti membentuk pasukan ular yang panjang meliuk-liuk seperti berjalan ke arah yang sama entah kemana ujungnya. Kemudian tiba-tiba gersangnya gurun pasir berpindah menjadi hijau oleh pepohonan kurma yang berderet berbaris rapih, dengan luas berhektar-hektar, inilah perkebunan kurma yang menghidupkan perekonomian penduduk Liwa. Disinilah sentral perkebunan kurma UAE. Liwa, Moreeb Dune Kami tiba hampir menjelang maghrib. Sebelum bersiap memasang tenda kami sempat kan untuk menonton atraksi racing cars, event yang diadakan oleh abudhabi motor club. Racing cars kali ini luar biasa unik, yaitu ajang balap mobil dengan race bukit pasir yang tinggi. Bukit pasir itu adalah moreeb dune atau scary mountain, gunung yang menakutkan. Mengapa di namakan demikian?, Moreeb dune adalah salah satu bukit pasir tertinggi didunia dengan ketinggian 300m (900 kaki) dan sudut kemiringan mencapai 50 derajat, extreemly mountain. Menarik melihat mobil-mobil yang berusaha naik ke atas bukit pasir, tidak sembarang mobil bisa naik dan juga tidak sembarang orang yang bisa mengendarai mobil hingga ke puncak bukit, dibutuhkan keahlian khusus untuk itu. [caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="moreeb dune race cars foto dok: julaeha"][/caption] Kegiatan Kemah Sebelum malam tiba dan kegelapan meraja, kami bergegas bergotong royong memasang tenda di lokasi perkemahan. Lokasi perkemahan kami cukup tinggi diatas bukit moreeb dune. Untuk mencapai lokasi kemah di ketinggian bukit, roda ban kendaraan yang kami pakai di sesuaikan terlebih dahulu tekanan udara nya, bila biasanya bertekanan udara 30-35 psi (pound force persquare inch) maka kini disesuaikan hingga 20-15psi. Hal ini diperlukan agar roda-roda ban dapat melaju di jalan pasir. Walaupun sudah di sesuaikan tetap saja ada kendaraan yang selip dan akhirnya tak bisa meneruskan laju hingga ke ketinggian dan terpaksa di derek oleh mobil-mobil yang lain untuk keluar dari jebakan pasir. [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="lokasi perkemahan foto dok: maya taufiq"][/caption] Malam datang, sekitar pukul 7 malam semua sudah beres memasang tenda dan kami bersiap untuk pesta barbeque. Hawa dingin belum begitu terasa, kami masih enjoy di luar tenda bercengkrama, bersenandung sambil menyantap makan malam. Anak-anak dengan riangnya bermain pasir, berlarian, tak peduli akan kotornya baju mereka oleh pasir. Di tambah lagi dengan adanya kembang api yang menghiasi malam itu, anak-anak bersorak riang dan naik ke puncak bukit untuk melihat indahnya pesta kembang api. Setelah makan malam kami kemudian menyalakan api unggun, begitu hangat suasana ketika itu dan terasa keakraban di antara kami. Merasa bahwa kami adalah keluarga, bersaudara di tanah rantau. Di Rub Al khali kemesraan terjalin dan kami memaknai arti persahabatan. Malam menyergap, hawa dingin mulai terasa menusuk sekitar 10 derajat celcius, satu persatu kini masuk ke dalam tenda, kami pun tertidur di dalam tenda, di atas pasir Rub Al khali. [caption id="" align="aligncenter" width="435" caption="api unggun foto dok:julaeha"][/caption] Kabut Pagi Masih pukul 5 pagi, Halimun mengepung kami, dingin tak terkira. Satu persatu penghuni tenda keluar dan bersiap melaksanakan sholat shubuh. Kami bergantian menuju toilet yang letaknya di bawah bukit, jalanan tertutup kabut, hingga hampir saja kesasar ketika kami kembali naik bukit menuju lokasi kemah. Walau lokasi perkemahan tertutup kabut, kami tetap ceria, ibu-ibu menyiapkan sarapan pagi, anak-anak berlarian dan bermain pasir hingga puas, bapak-bapak mulai sibuk packing. Waktu berjalan cepat, akhirnya kami pulang, sebelum pulang tak lupa kami mengabadikan moment kebersamaan ini. Kami berpelukan, bersalaman dan bermaaf-maafan. Sungguh indah moment ini, kenangan ini terpatri di sanubari, tak kan terlupa. Sebelum naik ke mobil, ku lihat sekali lagi ke belakang, Gurun pasir terhampar luas seakan tak berujung, betapa Tuhan menciptakan alam dengan sempurna, tak ada yang tersia-sia. Rub Al Khali, padang pasir yang gersang seakan tak bernilai, justru disinilah di padang pasir ini terdapat emas hitam sumber kekayaan negara ini, Karena emas hitam akhirnya negara ini menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Aku pun tersadar, betapa Maha Besar nya Engkau, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, aku ini kecil, bagaikan sebutir pasir di hamparan gurun pasir yang luas tak terhingga. AllahuAkbar........ 6-7  januari 2012 [caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="ibu-ibu yang ceria walau kedinginan foto dok: nuriyani siregar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="386" caption="tenda melawan gravitasi foto dok:julaeha"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="kembang api mewarnai langit malam foto dok:farida ariyani"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="suasana malam menyergap, hawa dingin menusuk, semua masuk ke tenda msing-masingfoto dok: farida ariyani"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="chemy bermain pasir foto dok: mardian purwanto"][/caption]

14 mobil, 14 keluarga foto dok: agus haryanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun