Mohon tunggu...
Julaedi Akbar
Julaedi Akbar Mohon Tunggu... -

suka hal yang menantang, senang berselacar di dunia penuh informasi yang menyenangkan dan membiarkan ide-ide liar penuh kebebasan bercita-cita jadi pemenang...terus menang hingga hidup ini jadi tenang...begitulah kira-kira.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Why Not’s! Mentalitas Pendidikan Kita “Pancasila, UUD 45, GBHN, dan Kebhinekaan”

27 April 2012   02:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penulis berangkat dari kutipan liar di majalah kampus yang menyederhanakan ungkapan seorang profesor 5 zaman, mulai dari zaman penjajah jepang hingga zaman reformasi sekarang ini. Sebut saja, Prof. Alex Tilaar dalam mengarifi kondisi pendidikan bangsa Indonesia ini tidak mengalami kemajuan yang berarti dan terjadi disemua level kelembagaan pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang meluluskan siswa-siswa berakal tapi kurang bermoral. Akibatnya generasi sekarang kehilangan identitas diri dan semangat nasional.

Memang ya, kondisi itu amat terasa pendidikan kita hanya sibuk mencari format bagaimana cara membuat siswa pintar dengan indikotor angka-angka “memuaskan”, “sangat memuaskan” dan bahkan tidak sungkan-sungkan penyebutan “cumalaude”. Apa lagi saat ini tolak ukur UN (Ujian Nasional) dan RSBI (Rintisan Sekolah Bersetandar Internasional) terkadang menjadikan pendidikan bangsa ini dalam ritme kastanisasi, yang kaya akan lulus. Sementara yang miskin “cukup sampai disitu” dan siap kejar paket ABC..

Sungguh ironis, ditengah geliat gelobalisasi dengan penekanan persaingan bangsa kita banyak mengeluh menyalahkan generasi yang kurang cerdas, terbelakang, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Sementara mereka para heker pendidikan (pejabat pemangku kebijakan) seakan tidak mau tau dan peduli. Kepercayaan akan keberhasilan pendidikan hanya ditanjau dari segi data berdasarkan “tanda tangan dan setempel basah”. Meski kenyataannya berbanding terbalik.

Miris terdengar, kepasrahan bangsa kita atas ketinggalan pendidikan yang diakibat oleh politik penjajahan terkadang menjadi alasan kelasik yang justru menjebak dalam ketakutan akan capaian dan tujuan pendidikan tersebut. Sehingga by desain yang ditawarkan mentok dalam pilihan sebatas teransper pengetahuan. Sehingga pendidikan bangsa kita jauh dari harapan bisa menjadi pelaku dalam persaingan gelobal, tapi lebih ikhlas menjadi obyek tunggangan dan percobaan dari persaingan gelobal tersebut.

Perlu Pilihan Tegas

Banyak cerita baik secara literatur maupun sambari cerita anak negeri yang merantau terutama dinegeri-negeri yang budayanya maju, kuat secara kalkulasi perkembangan dan kemajuan Sumber Daya Manusianya. Lantas kenapa tidak minimal meniru negeri-negeri tersebut. Metode yang mengedepankan konsep pendidikan yang mempersiapkan skil dan menjunjung tinggi etika moral. Katakana Negara jepang, Singapura dan Negara lainya. Negara-negara yang memformat pendidikan dengan gaya santun dan mengedepankan skil. Pendidikan bangsa kita terjebak dalam kurikulum pingin serba bisa. Sehingga lulusan yang dihasilkan bisa semuanya, maka wajar Insinyur jadi seles.

Nah, kalau pun bangsa kita tidak mampu mengikuti jejak bangsa lain, mengharap menjadi bangsa sediri dengan pilihan tegas.

Why not’s? pilihan mengembalikan roh pancasila, UUD 45, GBHN dan Kebihinekaan sebagai the for pillars of our system yang kemudian pilar-pilar inilah yang akan membentuk bangsa yang berakal tetapi tetap bermoral. Meminjam bahasanya prof. Alex pilar-pilar itu lah yang akan menciptakan the future of the nation dengan bayangan kelak, bila para generasi muda ini menjadi profesional atau pemimpin mereka bisa tak hanya bekerja dengan akal tetapi dengan hati.

*Komunitas Penulis Kreasi (Kompensi) NTB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun