Selain membela Palestina, aksi ini juga diisi dengan seruan untuk mendirikan khilafah sebagai solusi menyeluruh untuk umat Islam. Para pemimpin aksi menjelaskan bagaimana khilafah dapat menjadi sistem yang mempersatukan umat dan melindungi hak-hak mereka.
Sheikh Taqiuddin al-Nabhani, pendiri Hizb ut-Tahrir, berpendapat bahwa khilafah adalah institusi politik yang mampu menyatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan, sehingga kekuatan mereka tidak tercerai-berai.
Awalnya, saya skeptis dengan ide khilafah. Namun, setelah mendengar argumen yang disampaikan, saya mulai memahami logika di balik seruan ini. Saya merasa bahwa gagasan ini perlu didiskusikan lebih luas untuk memahami relevansinya di masa kini.
Tantangan dan Harapan
Di tengah aksi, saya juga menyadari tantangan besar yang dihadapi. Ada pandangan skeptis dari sebagian masyarakat, tekanan politik, dan minimnya kesadaran global tentang pentingnya isu ini. Namun, saya melihat harapan dalam semangat para peserta yang tak pernah padam.
 Dr. Tariq Ramadan, seorang pemikir Islam kontemporer, menekankan bahwa perubahan besar membutuhkan kesabaran dan pendekatan strategis yang melibatkan dialog serta pendidikan.
Saya merasa bahwa aksi ini memberikan gambaran nyata tentang kekuatan umat ketika bersatu. Namun, saya juga sadar bahwa perjuangan ini memerlukan konsistensi, strategi, dan pemahaman yang mendalam.
KesimpulanÂ
Pengalaman pertama mengikuti aksi bela Palestina dan seruan khilafah telah membuka mata saya terhadap banyak hal. Suara hati di tengah kerumunan mengajarkan bahwa perjuangan untuk kebenaran dan keadilan memerlukan keberanian dan pengorbanan. Saya pulang dengan semangat baru untuk terus mendukung perjuangan ini, bukan hanya melalui aksi, tetapi juga dengan menyebarkan kesadaran dan memahami lebih dalam makna dari perjuangan umat.
 Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Kebebasan tidak akan pernah tercapai sampai Palestina merdeka." Kata-kata ini menggugah saya untuk terus terlibat, karena kebebasan satu bangsa adalah bagian dari kebebasan umat manusia.
 Aksi ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang untuk belajar, berkontribusi, dan menjadi bagian dari perjuangan umat yang lebih besar.Â