Mohon tunggu...
Jul Kelvin Batee
Jul Kelvin Batee Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis karya sastra dan ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Palestina, Berpendidikan di Era Gempuran

28 November 2024   13:26 Diperbarui: 28 November 2024   14:21 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Palestina, Berpendidikan di Era Gempuran 

Gempuran tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk sekolah. Melainkan itu adalah sebuah tantangan yang harus dilewati. Seperti halnya dengan palestina, berpendidikan di tengah gempuran yang melanda negeri mereka.

 Zionis laknatullah yang berusaha meredupkan semangat mereka. Namun mereka salah lawan. Mereka tidak tau siapa palestina itu.

 Oke, disini kita akan bahas seputar sistem pendidikan di  palestina dan apa dampaknya untuk pendidikan di dunia?

Pendidikan adalah fondasi masa depan setiap bangsa. Di Palestina, pendidikan tidak hanya menjadi hak dasar, tetapi juga simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang dialami selama puluhan tahun akibat konflik berkepanjangan. Dalam kondisi yang serba sulit, siswa dan pendidik Palestina terus berjuang untuk menimba ilmu di tengah ancaman kekerasan, blokade, dan keterbatasan fasilitas.

Pendidikan di Tengah Konflik

Sistem pendidikan di Palestina terpecah oleh situasi geopolitik yang kompleks, terutama di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dr. Sami Adwan, seorang pakar pendidikan Palestina, menjelaskan bahwa pendidikan di Palestina menghadapi tantangan besar akibat pendudukan militer, penghancuran sekolah, dan pembatasan gerak. Banyak siswa yang harus berjalan jauh melewati pos pemeriksaan militer untuk mencapai sekolah mereka.

Laporan dari UNICEF (2023) mencatat bahwa lebih dari 50 sekolah di Tepi Barat menghadapi ancaman pembongkaran oleh otoritas Israel. Di Jalur Gaza, serangan udara sering kali menghancurkan infrastruktur pendidikan. Akibatnya, ruang kelas menjadi penuh sesak, dan anak-anak harus belajar di lingkungan yang tidak aman.

Peran UNRWA dalam Pendidikan Palestina

Lembaga United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) telah menjadi tulang punggung pendidikan bagi pengungsi Palestina sejak 1950-an. UNRWA mengelola lebih dari 700 sekolah di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Lebanon, dan Suriah, yang memberikan akses pendidikan bagi sekitar 500.000 siswa. Meski demikian, lembaga ini menghadapi tantangan besar, termasuk kekurangan dana yang berdampak pada gaji guru dan fasilitas sekolah.

Semangat Belajar yang Tak Padam

Meskipun menghadapi ancaman setiap hari, semangat belajar anak-anak Palestina tidak pernah surut. Prof. Mohammed Dajani, seorang akademisi Palestina, menyatakan bahwa pendidikan di Palestina adalah bentuk perlawanan damai. "Ketika anak-anak belajar membaca dan menulis, mereka sedang menulis masa depan bangsa mereka," katanya.

Salah satu kisah inspiratif datang dari seorang siswa di Gaza, Ahmed (16 tahun), yang kehilangan rumahnya akibat serangan udara. Ahmed tetap menghadiri ujian akhir sekolah meskipun harus belajar di tenda darurat. Baginya, pendidikan adalah harapan untuk keluar dari siklus kemiskinan dan kekerasan.

Kesehatan Mental dalam Pendidikan Palestina

Trauma akibat konflik juga menjadi tantangan besar dalam sistem pendidikan. Menurut laporan Save the Children (2022), lebih dari 80% anak-anak di Gaza menunjukkan gejala trauma psikologis, termasuk ketakutan, kecemasan, dan gangguan tidur.

Dr. Abdul Karim Al-Zeer, seorang psikolog anak di Gaza, menekankan pentingnya dukungan psikososial di sekolah. "Anak-anak membutuhkan ruang aman untuk belajar, tetapi mereka juga membutuhkan dukungan untuk mengatasi rasa takut dan kehilangan," ujarnya.

Harapan dan Masa Depan

Pendidikan di Palestina tetap menjadi simbol harapan bagi rakyatnya. Meski menghadapi tekanan politik dan militer, banyak siswa Palestina yang berhasil melanjutkan pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri. Universitas-universitas seperti Universitas Birzeit dan Universitas Islam Gaza menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan advokasi hak-hak rakyat Palestina.

Kesimpulan

Pendidikan di Palestina adalah perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Pena yang digunakan oleh siswa Palestina untuk menulis masa depan mereka memang berlumur derita, tetapi juga penuh dengan semangat dan harapan. Dalam kondisi serba terbatas, mereka membuktikan bahwa ilmu pengetahuan adalah senjata paling ampuh untuk melawan ketidakadilan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh Nelson Mandela: "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world." Pendidikan adalah harapan terbaik rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari belenggu penindasan.

Bagaimana menurut kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun