Mohon tunggu...
J Nurul Arrasyid
J Nurul Arrasyid Mohon Tunggu... -

Saya cuma gadis biasa, yang akan menjadi wanita luar biasa ^^\r\nhttp://jujunengjuju.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadi, Hari Ibu Hanya Tanggal 22 Desember Saja?

22 Desember 2010   13:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ibu adalah sosok manusia paling berpengaruh bagi manusia. Ya, manusia yang disebut anaknya. Bagaimanapun peran seorang ibu lebih penting dari presiden sekalipun, opini saya. Karena seorang ibulah yang melahirkan presiden. Ah bicara tentang ibu, tidak akan menemukan hal yang cantik nan anggun didunia ini kecuali kata ibu dan wanita shaleha.

Hari ini adalah hari ibu nasional, 22 Desember 2010. Semua orang dibelahan negara ini merayakan yang mereka sebut “Hari Ibu”, dan menurut saya sih “Hari Mengingat Ibu Setahun Sekali”. Bagaimana tidak, pantaskah hari ibu hanya diperingati satu tahun sekali. Tidak.

Mungkin sudah ada penulis yang menyinggung topik ini, tapi saya ingin menyampaikan juga opini saya tentangkekeliruan ini, ya menurut saya seperti itu.

Tahukah anda tentang sejarah hari ibu. Berawal dari dulu di Eropa bahwa masyarakatnya sudah sibuk dengan urusan masing-masing sehingga menitipkan orangtuanya pada panti-panti jompo yang ada di sekitar kota atau malah menelantarkan orangtua mereka. Sungguh terlalu bukan, mengutip kata-kata bang Rhoma. Karena keadaan itu terus berlanjut, sehingga membuat hubungan antara ibu dan anak-anaknya tidak baik pada saat itu di tempat tersebut. Lalu, seseorang (tidak disebutkan namanya) merasa keadaan ini sudah sangat kritis. Merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, maka dia mencetuskan untuk memperingati hari ibu nya sendiri sebagai bentuk penghormatan. Yang kemudian menjadi tren dikalang masyarakat saat itu, karena memang semua orang telah melupakan orangtua mereka terlebih ibu.

Pada hari ibu, semuanya tentang ibu. Seorang ibu pun akan dikunjungi oleh anak-anaknya yang telah lama tidak ditemuinya. Sayangnya, hanya setahun sekali pada waktu hari tersebut saja. Miris lagi.

Jadi benarkan, kita hanya dihimbau untuk mengingat dan memuliakan ibu kita pada hari itu saja.

Padahal Rasululah saw, telah bersabda bahwa berbaktilah kepada ibu bapak kita, dan ibu kita disebut tiga kali baru ayah kita. Sebagai umat Islam, tentu kita akan mengetahui betapa berharga dan dihormatinya ibu, mengingat jasa-jasanya yang tak sanggup dibayar dengan isi dunia sekalipun.

Sekarang fenomena yang terjadi adalah, orang akan berbondong-bondong mengucapkan “happy mother day, my lovely momy” dan lain-lain. Ada yang mengupdatestatusnya berupa pujian untuk ibunya, atu mengganti photo profil bersama sang ibu yang terkasih juga bentuk-bentuk apresiasi lain sebagai penghargaan pada “Hari Ibu” tersebut. Dan sayangnya lagi, status dan sanjungan lainnya hanya untuk hari ini saja 22 Desember. Selanjutnya kita akan membuat beliau sakit lagi, membuat beliau menangis lagi atau membuat beliau mengusap dada melihat kelakuan kita yang tak mampu marah. Ia kan? Ia.

Sadarlah, kita masih banyak membuat beliau terluka ketimbang bahagia, walau tidak dipugkiri memang masih ada manusia-manusia shaleh dan shaleha yang benar-benar berbakti pada orangtua mereka. Namun itu hanya 10% dari populasi manusia saat ini.

Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada adalah manusia yang selalu berusaha membuat ibunya tersenyum bangga.

Luruskan pemahaman dangkal yang menyebutkan happy mother's day. Tidak hanya hari 22 Desember kita mengingat ibu kita, setiap hari itu diwajibkan. Dan tidak hanya mengingat namun mempersembahkan segala bentuk apresiasi kita yang menyayangi dan menghormati beliau. Lakukanlah apa yang kita bisa yang dapat membuat senyum itu terus mempercantik beliau, ibu kita. Sekarang juga.

Selalu ku kirim doa sesudah shalatku dan sebelum tidurku dan tiap waktuku. Allah bless you and i love you as always.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun