Mentari pagi perlahan-lahan mulai menyapa bumi, menyinari hamparan sawah yang membentang luas di Desa Margaasih, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Di tengah embun pagi yang masih menyelimuti, Asep (39), seorang petani muda penuh semangat, sudah bersiap mengolah lahannya.
Ahad pagi (29/12/2024) ini, Asep, bersama sang istri setia, memulai rutinitas yang tak pernah lekang dari hari-harinya yakni bercocok tanam padi.
Dengan semangat membara, Asep turun ke sawah. Lumpur yang lengket menempel di kakinya, tak menyurutkan langkahnya.
Bersama cangkul dan garu, ia mulai membajak tanah yang subur. Matahari semakin meninggi, keringat membasahi tubuhnya, namun senyum tak pernah lepas dari wajahnya.
Bagi Asep, sawah bukan sekadar lahan pertanian, melainkan ladang mimpi dan harapan.
Musim hujan telah tiba, saat yang tepat untuk memulai penanaman. Selain padi biasa yang menjadi andalannya, tahun ini Asep juga berencana menanam padi ketan.
Ia berharap varietas baru ini dapat meningkatkan pendapatan keluarganya.
Setiap pagi, Asep menjalani serangkaian aktivitas di sawah. Mulai dari membajak, meratakan tanah, hingga menanam padi.
Pagi ini, Asep tampak sibuk membawa caplak, alat tradisional untuk membuat garis lurus sebagai panduan penanaman.
Uniknya, lahan pertanian Asep tidak sepenuhnya bergantung pada air hujan.