Hal ini membuat perempuan lebih rentan secara ekonomi dan seringkali menjadi pilihan pertama untuk mengambil alih tugas perawatan ketika ada anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan.
Ketergantungan ekonomi perempuan pada pasangan juga dapat membatasi kemampuan mereka untuk menegosiasikan pembagian tugas rumah tangga dan perawatan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kurangnya infrastruktur perawatan yang memadai. Di banyak negara, layanan penitipan anak, perawatan lansia, dan layanan kesehatan mental masih terbatas dan mahal. Hal ini membuat keluarga, terutama perempuan, harus menanggung sendiri beban perawatan.
Di samping itu, fleksibilitas kerja yang rendah juga menjadi kendala bagi perempuan yang ingin menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.
Dampak terhadap Kesejahteraan Perempuan
Beban perawatan yang tidak proporsional ini memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kesejahteraan perempuan.Â
Secara fisik, perempuan yang menanggung beban perawatan cenderung mengalami kelelahan kronis, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya akibat kurangnya waktu istirahat dan aktivitas fisik yang memadai.Â
Hal ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Tidak hanya fisik, beban perawatan juga berdampak besar pada kesehatan mental perempuan. Stres yang berkepanjangan akibat tuntutan merawat orang lain dapat memicu depresi, kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya.Â
Perasaan terisolasi, kurangnya waktu untuk diri sendiri, dan tekanan untuk memenuhi harapan keluarga dapat semakin memperburuk kondisi mental perempuan.
Selain itu, beban perawatan juga dapat menghambat perkembangan pribadi dan sosial perempuan. Kurangnya waktu untuk mengikuti pendidikan formal atau pelatihan keterampilan dapat membatasi peluang kerja dan mobilitas sosial.Â