Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kontur Farming: Benteng Kokoh Melawan Erosi di Musim Hujan dan Mitigasi Perubahan Iklim

9 Desember 2024   06:39 Diperbarui: 9 Desember 2024   10:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontur Farming di kaki gunung putri. Tumbuhan hijau di kawasan Desa Mekarjaya, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, Ahad (9/12/2024). | Dok. Pribadi

Musim hujan seringkali membawa berkah bagi pertanian. Namun, di sisi lain, curah hujan yang tinggi juga dapat memicu terjadinya erosi tanah, terutama di lahan-lahan miring. 

Erosi tanah merupakan proses pengikisan lapisan tanah permukaan oleh air atau angin. Jika dibiarkan, erosi akan menyebabkan penurunan produktivitas tanah, kerusakan lingkungan, dan bahkan bencana alam seperti banjir dan longsor.

Apa itu Kontur Farming?

Kontur farming, sebuah teknik pertanian purba yang semakin relevan di era modern, menawarkan solusi cerdas untuk mengatasi permasalahan erosi tanah. 

Dengan memanfaatkan bentuk alami lahan, yaitu garis kontur, petani menciptakan alur-alur tanam yang sejajar dengan garis tersebut. Alur-alur ini berperan sebagai benteng mini yang menahan laju air hujan, sehingga mengurangi erosi tanah yang dapat mengikis lapisan topsoil yang kaya nutrisi. 

Lebih dari sekadar mencegah erosi, kontur farming juga meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, menjaga kelembaban tanah lebih lama, dan menciptakan mikro-iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Selain manfaat hidrologis, kontur farming juga memberikan dampak positif bagi biodiversitas. Dengan menciptakan habitat yang lebih beragam, kontur farming mendukung keberadaan berbagai jenis organisme tanah yang berperan penting dalam siklus nutrisi. 

Tanaman yang ditanam secara kontur juga cenderung lebih sehat dan tahan terhadap hama penyakit, karena sistem perakaran yang lebih kuat dan kondisi tanah yang lebih stabil. 

Dalam jangka panjang, kontur farming dapat meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan, karena tanah yang terjaga kesuburannya akan menghasilkan panen yang lebih melimpah. 

Namun, penerapan kontur farming tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tantangan utama terletak pada pemetaan kontur lahan yang akurat, terutama di lahan yang berukuran luas dan memiliki topografi yang kompleks. 

Selain itu, dibutuhkan kesadaran dan kemauan dari petani untuk mengubah praktik pertanian konvensional menjadi kontur farming. Namun, dengan dukungan pemerintah, lembaga penelitian, dan kelompok masyarakat, penerapan kontur farming dapat diperluas dan menjadi bagian integral dari sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun