Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menanti Undangan Demokrasi

25 November 2024   18:38 Diperbarui: 25 November 2024   18:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Suprayitno, Ketua RT 30 Cluster Berau Wika, Balikpapan, menunjukkan formulir C6-KWK, Minggu (24/6/2018) sore, KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA

Ingatan akan pengalaman masa lalu kerap muncul saat menanti model C6.

Dulu, saat pertama kali menerima surat undangan ini, perasaan campur aduk melanda. Ada rasa gugup, penasaran, sekaligus antusias.

Gugup karena harus menentukan pilihan yang akan membawa dampak bagi masa depan bangsa.

Penasaran ingin tahu seperti apa suasana di tempat pemungutan suara (TPS). Dan antusias karena akhirnya bisa ikut serta dalam proses demokrasi yang sesungguhnya.

Seiring berjalannya waktu, penantian model C6 menjadi semacam ritual tahunan.

Setiap kali menjelang pemilu atau pilkada, ingatan akan pengalaman-pengalaman sebelumnya selalu hadir.

Ada yang merasa lebih tenang, ada pula yang justru semakin gelisah. Namun, satu hal yang pasti, semangat untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi tetap menyala.

Model C6 bukan sekadar selembar kertas. Ia adalah simbol partisipasi warga negara dalam menjalankan pemerintahan.

Ia adalah bukti bahwa setiap suara memiliki arti dan bernilai sama.

Dengan menerima dan menggunakan model C6, kita tidak hanya menjalankan hak pilih, tetapi juga menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik.

Partisipasi aktif dalam pemilu adalah bentuk nyata dari cinta kita terhadap negara. Setiap suara kita memiliki kekuatan untuk mengubah masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun