Siapa sangka, sepetak lahan kosong di sudut rumah yang selama ini terabaikan, kini menjadi sumber kebanggaan tersendiri. Dengan modal sedikit benih sawi sendok (pakcoy) dan sedikit kesabaran, saya memulai petualangan kecil bercocok tanam.
Awalnya, hanya sekadar ingin mengisi waktu luang, namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini membawa saya pada pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya ketahanan pangan.
Menemukan Potensi di Lahan Sempit
Lahan yang saya miliki memang terbatas. Hanya sepetak kecil tanah yang cukup untuk menanam beberapa pot tanaman. Namun, saya yakin bahwa lahan sekecil apapun dapat dimanfaatkan secara optimal.Â
Dengan sedikit kreativitas, saya membuat rak bertingkat dari kayu bekas untuk menampung lebih banyak pot tanaman. Setiap sudut yang ada saya manfaatkan sebaik mungkin.
Dinding rumah pun tak luput dari sentuhan hijau, saya gantung beberapa pot berisi tanaman hias yang menjuntai indah. Tak hanya sawi sendok, saya juga mencoba menanam berbagai jenis sayuran lainnya seperti bawang daun, cabai rawit, dan tomat.Â
Dengan begitu, saya memiliki mini kebun sendiri di rumah yang selalu memberikan kejutan.
Setiap kali memanen hasil kebun sendiri, rasa puas dan bahagia selalu menyertai. Selain itu, saya juga merasa lebih dekat dengan alam. Kegiatan berkebun menjadi semacam terapi bagi saya untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas.Â
Suara gemericik air saat menyiram tanaman, aroma tanah yang basah, dan pemandangan hijau yang menyegarkan membuat saya merasa tenang dan damai.
Tak hanya itu, berkebun juga mengajarkan saya tentang kesabaran dan ketekunan. Tidak semua tanaman tumbuh dengan sempurna, ada kalanya tanaman saya terserang hama atau penyakit.Â
Namun, saya tidak menyerah begitu saja. Saya terus belajar dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui pengalaman ini, saya menjadi lebih tangguh dan tidak mudah putus asa.