Ajag, atau yang memiliki nama ilmiah Cuon alpinus sumatrensis, adalah salah satu karnivora endemik Pulau Sumatera yang keberadaannya semakin terancam.
Sebagai predator puncak dalam ekosistem hutan, ajag memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi mangsa dan kesehatan hutan secara keseluruhan.
Namun, berbagai ancaman serius mengintai keberadaan spesies langka ini. Perburuan liar, kerusakan habitat, dan perubahan iklim menjadi ancaman utama yang terus mengikis populasi mereka.
Ancaman Terhadap Kelangsungan Hidup Ajag
Ajag, atau anjing hutan (Cuon alpinus), adalah salah satu karnivora asli Asia yang semakin terpinggirkan. Populasinya terus menurun drastis akibat berbagai ancaman yang mengintai habitat dan keberlangsungan hidup mereka.
Habitat hutan yang semakin menyusut akibat deforestasi menjadi salah satu faktor utama. Hutan yang gundul mengurangi ketersediaan mangsa, tempat berlindung, dan wilayah jelajah ajag.
Fragmentasi hutan juga mengisolasi populasi ajag, sehingga mengurangi peluang perkawinan dan pertukaran genetik.
Perburuan liar merupakan ancaman serius lainnya. Ajag seringkali menjadi target perburuan karena dianggap sebagai hama bagi peternak dan dianggap sebagai hewan buas yang berbahaya.
Perburuan tidak hanya mengurangi jumlah individu, tetapi juga mengganggu struktur sosial kelompok ajag. Konflik dengan manusia juga semakin meningkat seiring dengan perluasan area permukiman dan pertanian.
Ajag yang terdesak ke wilayah manusia seringkali dianggap sebagai ancaman dan dibunuh.
Penyakit juga menjadi faktor yang memperparah penurunan populasi ajag. Penyakit menular yang berasal dari hewan ternak atau satwa liar lainnya dapat menyebar dengan cepat di antara populasi ajag yang sudah rentan.