Di tengah gemerlapnya industri film yang didominasi oleh produksi-produksi besar, muncul sebuah kisah inspiratif dari sebuah desa kecil di Jawa Tengah.
Film dokumenter "Turah", (2016), karya Wicaksono Wisnu Legowo berhasil menembus batas-batas geografis dan meraih pengakuan di kancah internasional.
Kisah sederhana tentang kehidupan masyarakat di Kampung Tirang, Tegal, ini mampu menyentuh hati penonton dan memberikan gambaran yang jujur tentang realitas kehidupan di pedesaan Indonesia.
Sebuah Potret Kehidupan yang Jujur
"Turah" bukanlah sekadar film dokumenter, melainkan sebuah cerminan yang tulus tentang kehidupan masyarakat di pedesaan.
Dengan gaya sinematografi yang sederhana namun efektif, film ini berhasil menangkap keindahan sekaligus kesulitan yang dihadapi oleh penduduk Kampung Tirang.
Kita diajak untuk menyaksikan kehidupan sehari-hari mereka, mulai dari mencari ikan di laut, bertani di sawah, hingga berinteraksi dengan tetangga.
Lewat film ini, kita diajak untuk merenung tentang makna kehidupan yang sederhana, tentang pentingnya gotong royong, dan tentang keindahan alam yang seringkali kita abaikan.
"Turah" juga menyoroti isu-isu sosial yang masih relevan hingga saat ini, seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, dan keterbatasan akses terhadap fasilitas umum.
Perjalanan Menuju Pengakuan Internasional
Perjalanan "Turah" menuju panggung dunia tidaklah mudah. Film ini harus bersaing dengan ribuan film dokumenter lainnya dari berbagai negara.