Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartu Nikah, Barang Koleksi Terbaru?

7 November 2024   10:38 Diperbarui: 7 November 2024   11:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, di mana segala sesuatu serba instan dan praktis, institusi pernikahan justru seakan menjadi barang langka yang semakin sulit ditemukan. Angka pernikahan yang terus menurun dari tahun ke tahun menjadi fenomena yang menarik untuk dibahas. Jika dahulu pernikahan dianggap sebagai tujuan akhir dari sebuah hubungan, kini pandangan tersebut mulai bergeser.

Generasi muda, khususnya, cenderung menunda pernikahan atau bahkan memilih untuk tidak menikah sama sekali. Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari perubahan nilai dan norma sosial, tekanan ekonomi, hingga perkembangan teknologi yang memungkinkan hubungan interpersonal tanpa harus terikat dalam institusi pernikahan.

Perubahan nilai dan norma sosial menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penurunan angka pernikahan. Jika sebelumnya pernikahan dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk membangun keluarga yang sah dan mendapatkan pengakuan sosial, kini pandangan tersebut mulai terkikis.

Generasi muda lebih mengedepankan individualisme, kebebasan, dan pencapaian karier. Mereka ingin menikmati hidup, mengeksplorasi berbagai kemungkinan, dan tidak terikat pada satu komitmen jangka panjang.

Selain itu, meningkatnya kesadaran akan hak-hak perempuan juga turut mempengaruhi keputusan untuk menunda atau menolak pernikahan. Perempuan saat ini memiliki lebih banyak pilihan dan kesempatan untuk mengembangkan diri, sehingga tidak lagi merasa tertekan untuk segera menikah dan memiliki anak.

Tekanan ekonomi juga menjadi faktor yang signifikan. Biaya hidup yang semakin tinggi, tuntutan untuk memiliki rumah dan mobil sendiri, serta ketidakstabilan ekonomi membuat banyak pasangan muda merasa belum siap secara finansial untuk menikah.

Mereka khawatir tidak dapat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga mereka. Selain itu, utang mahasiswa yang semakin menumpuk juga menjadi beban tambahan yang membuat banyak orang menunda pernikahan.

Perkembangan teknologi juga turut berperan dalam perubahan sikap terhadap pernikahan. Media sosial dan aplikasi kencan memudahkan orang untuk bertemu dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Namun, di sisi lain, hal ini juga membuat hubungan menjadi lebih singkat dan tidak terlalu serius. Banyak orang merasa puas dengan hubungan yang kasual dan tidak ingin terikat dalam sebuah komitmen jangka panjang.

Mengapa Kartu Nikah Seakan Jadi Barang Koleksi?

Mengapa kartu nikah, yang seharusnya menjadi simbol komitmen sepasang kekasih, justru terasa seperti barang koleksi yang jarang dipamerkan? Jawabannya kompleks, melibatkan pergeseran nilai-nilai sosial, tekanan ekonomi, serta perubahan peran gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun