Dulu, anak-anak punya sejuta alasan untuk tertawa. Mereka berlari bebas di tanah lapang, membangun istana pasir di tepi pantai, atau menjelajahi hutan belantara di belakang rumah.
Namun, seiring berjalannya waktu, lanskap permainan anak-anak semakin berubah. Gedung-gedung tinggi menjulang, ruang terbuka hijau semakin terbatas, dan layar gadget seolah menjadi sahabat baru yang tak terpisahkan.
Pertanyaan mendasar pun muncul, di mana lagi anak-anak bisa bermain bebas?
Permainan bukan sekadar aktivitas mengisi waktu luang. Bagi anak-anak, bermain adalah cara mereka belajar, berinteraksi, dan mengembangkan diri.
Melalui permainan, mereka belajar tentang dunia sekitar, melatih keterampilan sosial, dan mengasah kreativitas.
Sayangnya, semakin sedikitnya ruang bermain yang aman dan menarik membuat anak-anak kehilangan kesempatan untuk tumbuh secara optimal.
Lalu, apa yang menyebabkan hilangnya ruang bermain anak-anak?
Pertama, urbanisasi. Pertumbuhan kota yang pesat seringkali mengorbankan ruang terbuka hijau demi pembangunan.
Ketika jumlah penduduk di kota semakin banyak dan kota semakin berkembang, seringkali lahan hijau seperti taman, hutan kota, atau sawah diubah menjadi bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran, rumah, atau pusat perbelanjaan.
Urbanisasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan hilangnya ruang terbuka hijau yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menyeimbangkan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.