Di zaman Rasulullah SAW, hiduplah seorang sahabat yang sangat mulia bernama Sa'ad bin Mu'adz. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat kuat, pemberani, dan bijaksana. Namun, di balik kekuatannya itu, tersimpan kasih sayang yang mendalam kepada kedua orang tuanya.
Sa'ad bin Mu'adz sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya. Ia selalu berusaha untuk membahagiakan mereka dan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk mereka. Bahkan, ketika perang berkecamuk dan banyak sahabat Nabi yang gugur, Sa'ad tetap mengutamakan keselamatan kedua orang tuanya.
Suatu ketika, Rasulullah SAW mengajak para sahabat untuk berperang. Sa'ad pun sangat antusias ingin ikut berperang. Namun, ketika ia melihat wajah ibunya yang sedih dan khawatir, hatinya menjadi bimbang. Di satu sisi, ia ingin membela agama Allah dan Rasul-Nya. Di sisi lain, ia tidak tega melihat ibunya sedih.
Akhirnya, Sa'ad pun meminta izin kepada ibunya untuk ikut berperang. Dengan berat hati, ibunya mengizinkan Sa'ad pergi. Namun, ia berpesan agar Sa'ad selalu berhati-hati dan menjaga diri.
Sa'ad pun berangkat ke medan perang dengan tekad yang bulat. Ia berjuang dengan sekuat tenaga untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya. Dalam setiap peperangan, Sa'ad selalu berhasil meraih kemenangan. Namun, di tengah-tengah kegembiraan atas kemenangannya, Sa'ad tidak pernah melupakan kedua orang tuanya. Setiap kali selesai berperang, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk kedua orang tuanya dan menanyakan kabar mereka.
Pelajaran dari Kisah Sa'ad bin Mu'adz
Dari kisah Sa'ad bin Mu'adz, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting, yaitu:
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak.
Kasih sayang kepada orang tua tidak boleh luntur meskipun kita sudah dewasa.
Kita harus menyeimbangkan antara kewajiban kita kepada Allah, Rasul, dan orang tua.
Orang yang berbakti kepada orang tuanya akan mendapatkan keberkahan dari Allah.