Konsep bekerja hanya 4 hari dalam sepekan, dengan tetap mempertahankan produktivitas dan bahkan meningkatkannya, bukanlah lagi sekadar impian. Semakin banyak perusahaan dan negara yang mulai mengadopsi model kerja 4 hari ini.
Konsep ini menawarkan sebuah paradigma baru dalam dunia kerja, di mana keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional menjadi prioritas utama.
Perihal efektivitas sistem 4 hari kerja, ada beberapa contoh konkret, seperti Islandia. Negara ini telah melakukan eksperimen besar-besaran dengan 4 hari kerja dan hasilnya sangat menggembirakan. Produktivitas meningkat, tingkat stres berkurang, dan kesejahteraan karyawan membaik secara signifikan.
Begitu juga, Microsoft Jepang. Perusahaan teknologi raksasa ini juga pernah mencoba sistem 4 hari kerja dan menemukan peningkatan produktivitas sebesar 40%.
Microsoft Jepang, menerapkan sistem kerja 4 hari dalam sepekan. Hasil eksperimen ini sangat menarik, yaitu terjadi peningkatan produktivitas sebesar 40%. Ini berarti bahwa meskipun karyawan bekerja lebih sedikit hari dalam sepekan, mereka justru mampu menghasilkan output yang lebih tinggi.
Selain Islandia dan Jepang tentu masih ada beberapa negara yang sukses menerapkan sistem 4 hari kerja, seperti Jerman, Portugal, Belgia, Inggris, Skotlandia, Wales, Spanyol, Amerika Serikat, Â Selandia Baru, Kanada dan sejumlah negara lainnya.
Mengapa 4 Hari Kerja Semakin Memikat?
1. Peningkatan Produktivitas
Studi-studi menunjukkan bahwa dengan waktu kerja yang lebih singkat, karyawan cenderung lebih fokus, termotivasi, dan produktif. Mereka memiliki lebih banyak waktu untuk memulihkan energi dan kreativitas, sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efisien.
Karyawan cenderung lebih berkonsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan karena waktu yang terbatas. Ini mengurangi gangguan dan meningkatkan efisiensi.
Dengan waktu luang yang lebih banyak, karyawan merasa lebih dihargai dan memiliki waktu untuk kegiatan pribadi. Hal ini dapat meningkatkan semangat kerja.