Di tengah ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan, pertanian berkelanjutan menjadi sorotan global. Salah satu praktik pertanian yang telah terbukti efektif dalam menjaga keseimbangan ekosistem adalah agroforestri.
Di Pulau Bali, Indonesia, sistem agroforestri telah lama diterapkan dalam budidaya salak, menghasilkan buah tropis yang lezat dan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana agroforestri telah menjadi kunci keberlanjutan dalam budidaya salak Bali, serta manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat.
Agroforestri: Sebuah Simfoni Antara Pohon dan Tanaman
Agroforestri adalah sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan tanaman pertanian dengan pohon atau semak. Sistem ini telah lama dipraktikkan oleh masyarakat Bali dalam budidaya salak.
Pohon-pohon yang ditanam di antara tanaman salak tidak hanya berfungsi sebagai peneduh, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup.
Daun-daun yang gugur dari pohon akan membusuk dan menjadi humus, meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Humus ini berperan penting dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman salak.
Beberapa jenis pohon, terutama leguminosa, memiliki bintil akar yang mengandung bakteri penambat nitrogen. Bakteri ini mampu mengubah nitrogen bebas di udara menjadi senyawa nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman.
Naungan yang diberikan oleh pohon membantu mengurangi penguapan air dari permukaan tanah, sehingga kelembaban tanah terjaga. Kelembaban tanah yang baik mendukung aktivitas mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam proses pembentukan humus.
Manfaat Agroforestri dalam Budidaya Salak Bali
1. Pelestarian Tanah