Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis (Tersertifikasi dewan pers 2022) dan Pendidik dari Bandung 31324

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Opang, Ojol: Dilema Keadilan Sosial dalam Era Ekonomi Gig dan Mencari Solusi untuk Semua

18 September 2024   12:43 Diperbarui: 18 September 2024   12:54 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penandatangan keputusan bersama menyelesaikan masalah ojol-opang di Mandalajati, Bandung, Selasa (10/9) | Tribun Jabar/Hilman Kamaludin via KOMPAS.com

Dalam dekade terakhir, lanskap pekerjaan telah mengalami transformasi yang signifikan. Munculnya platform digital telah melahirkan model ekonomi baru yang dikenal sebagai ekonomi gig. Salah satu sektor yang paling terkena dampak adalah transportasi, dengan maraknya ojek online (ojol). Di balik kemudahan akses yang ditawarkan oleh ojol, tersimpan dilema yang kompleks, terutama bagi para pengemudi ojek pangkalan (opang).

Munculnya ojol telah menciptakan persaingan yang sengit bagi para opang. Dulu, opang memiliki pangsa pasar yang cukup besar, namun kini harus berbagi penumpang dengan ribuan pengemudi ojol. Persaingan ini tidak hanya memperebutkan penumpang, tetapi juga menyoroti perbedaan dalam hal teknologi, regulasi, dan akses terhadap sumber daya yang tidak merata.

Artikel ini akan mengupas tuntas dilema keadilan sosial yang dihadapi oleh opang dan ojol dalam era ekonomi gig, serta mengeksplorasi berbagai solusi yang dapat diterapkan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi digital dan keadilan sosial.

Ekonomi Gig: Peluang dan Tantangan

Ekonomi gig menawarkan fleksibilitas dan kemandirian yang menarik bagi banyak orang. Namun, di balik kemilau peluang tersebut, tersimpan sejumlah tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketidakstabilan pendapatan dan minimnya perlindungan sosial bagi para pekerja gig. Opang, yang seringkali memiliki ketergantungan yang tinggi pada pendapatan harian, sangat rentan terhadap fluktuasi permintaan dan persaingan yang ketat.

Perbedaan antara opang dan pengemudi ojol semakin mencolok dalam era ekonomi gig. Opang yang umumnya memiliki aset berupa sepeda motor dan sering kali beroperasi di wilayah tertentu, harus bersaing dengan pengemudi ojol yang didukung oleh platform digital dengan jangkauan yang lebih luas dan sistem manajemen yang lebih efisien. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan dalam persaingan dan berdampak pada pendapatan serta kesejahteraan opang.

Dilema Keadilan Sosial

Perbandingan antara opang dan ojol menyoroti ketidakadilan yang mendasar. Opang yang telah lama beroperasi dengan model bisnis tradisional seringkali kesulitan beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Mereka menghadapi tantangan dalam mengakses teknologi, mendapatkan informasi, dan bersaing dengan platform digital yang didukung oleh modal besar.

Kesenjangan teknologi menjadi salah satu penghalang utama bagi opang untuk bersaing dengan ojol. Platform digital yang digunakan oleh ojol menawarkan berbagai fitur canggih, seperti sistem navigasi yang akurat, integrasi pembayaran digital, dan algoritma yang efisien dalam mencocokkan penumpang dengan pengemudi. Di sisi lain, opang seringkali hanya mengandalkan pengetahuan lokal dan pengalaman untuk mencari penumpang. Minimnya akses terhadap teknologi informasi membuat mereka sulit untuk mengikuti perkembangan dan inovasi di sektor transportasi.

Pemahaman Masalah

Pertama, Algoritma dan Ketergantungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun