Di sebuah desa terpencil di ujung Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Kampung Cicadas Desa Margaasih Kecamatan Cicalengka, hiduplah seorang petani bernama Bubun. Sejak kecil, Bubun (54) sudah akrab dengan sawah dan ladang.
Warisan turun-temurun dari kakeknya, menanam kacang tanah menjadi pekerjaan yang sangat ia cintai. Setiap pagi, Bubun akan berangkat ke ladangnya yang hijau membentang luas. Dengan cangkul di tangan, ia mengolah tanah dengan penuh semangat.
Suka Cita Menuai Hasil
Ada kebahagiaan tersendiri ketika Bubun memanen kacang tanah. Melihat hasil jerih payahnya selama berbulan-bulan, hatinya merasa sangat puas. Kacang tanah hasil panennya berkualitas tinggi, biji-bijinya besar dan berisi.
Dengan penuh syukur, Bubun menjual kacang tanahnya ke pasar Cicalengka, dan tak jarang menjual ketengkulak (bandar). Hasil penjualan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya.
Duka Menghadapi Perubahan Cuaca
Namun, kehidupan Bubun sebagai petani tidak selalu berjalan mulus. Perubahan cuaca yang ekstrim menjadi tantangan terbesar baginya. Musim kemarau yang panjang menyebabkan tanah menjadi kering dan tanaman kacang tanahnya layu. Hujan deras yang tiba-tiba juga bisa merusak tanamannya. Bubun seringkali merasa putus asa ketika hasil panennya tidak sesuai harapan.
Upaya Menjaga Kelestarian Tanah