Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fiksi vs Nonfiksi: Mana yang Lebih Memuaskan Jiwa Pembaca?

3 September 2024   17:57 Diperbarui: 3 September 2024   17:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Deretan buku | Unsplash/Nick Fewings via KOMPAS.com

Dalam labirin buku yang tak berujung, setiap pembaca memiliki preferensi unik. Di antara rak-rak yang penuh dengan cerita, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara dua dunia yang berbeda, fiksi dan nonfiksi.

Keduanya menawarkan pengalaman yang kaya dan mendalam, namun mana yang benar-benar mampu memuaskan dahaga jiwa kita? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan abadi di kalangan pecinta buku.

Fiksi: Pelarian ke Dunia Lain

Fiksi, dengan imajinasinya yang tak terbatas, mengajak kita untuk melangkah keluar dari realitas sehari-hari. Novel, cerpen, dan puisi menjadi gerbang menuju dunia yang penuh keajaiban, petualangan, dan emosi yang mendalam.

Dalam setiap halaman, kita dapat bertemu dengan karakter-karakter yang kompleks, merasakan suka duka hidup mereka, dan menemukan makna tersembunyi di balik setiap plot.

Mengapa kita begitu terpesona oleh fiksi?

Eskaisme: Fiksi memungkinkan kita untuk melarikan diri dari rutinitas dan masalah sehari-hari, memberikan kesempatan untuk menjadi siapa pun yang kita inginkan.

Jadi, ketika kita mengatakan bahwa fiksi memungkinkan kita untuk melakukan "eskaisme", kita sedang menekankan bahwa membaca fiksi adalah cara yang efektif untuk melepaskan diri dari tekanan kehidupan sehari-hari dan menemukan kepuasan dalam dunia imajinasi.

Empati: Dengan mengikuti kisah hidup karakter fiksi, kita dapat mengembangkan empati dan memahami perspektif orang lain yang berbeda dari kita.

Membaca fiksi adalah seperti melakukan perjalanan emosional. Kita diajak untuk merasakan berbagai macam emosi dan memahami perspektif orang lain yang berbeda dari kita. Semakin banyak cerita yang kita baca, semakin kaya pula pemahaman kita tentang manusia dan semakin besar pula kemampuan empati kita.

Pertumbuhan Pribadi: Banyak karya fiksi mengandung pesan moral dan nilai-nilai kehidupan yang dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun