Puasa di kala Ramadan tak membuat orang-orang di kampung menurunkan semangatnya untuk menjalani hidup. Sebaliknya, mereka lebih memberdayakan fisiknya guna meraih rezeki untuk mengisi masa-masa bulan Ramadan.
Sebut saja Bu Ade, wanita 56 tahun ini yang tinggal di daerah Cicalengka Kabupaten Bandung, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh tani. Hampir tiap hari ia pergi ke ladang atau sawah untuk bekerja pada orang lain.
Seperti halnya hari ini, Bu Ade pergi ke sawah untuk ngabedug (istilah Sunda yang berarti bekerja sebagai buruh tani mulai pagi hingga siang hari hari/waktu dzuhur). Ia turun ke sawah untuk menanam padi punya orang lain.
Walaupun sedang puasa, hampir tiap hari Bu Ade tetap ngabedug untuk sekedar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun, katanya terkadang upah dari ngabedug tak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Bu Ade yang hidup menjanda setelah ditinggal mati suaminya beberapa tahun yang lalu, kini tinggal bersama satu orang anak yang belum bekerja dan mempunyai keterbatasan fisik.
Demi sesuap nasi, Bu Ade, hari-harinya dihabiskan pergi ke ladang atau sawah. Panasnya matahari seolah tak dirasakan, asalkan bisa mendapat upah guna menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Dalam sehari atau tiap pergi ngabedug Bu Ade mendapatkan upah tidak lebih dari 30 ribu rupiah. Uang sebesar itu dimanfaatkannya untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari.
Ia menuturkan yang penting bisa membeli beras untuk dimakan bersama anaknya. Terkadang uang 30 ribu itu tidak dihabiskan semuanya, melainkan disisihkan sebagian untuk jaga-jaga jika besok lusa tidak ada yang menyuruh bekerja.
Bu Ade berucap, bahwa dirinya tetap bersyukur kepada Allah Swt, hingga saat ini masih ada orang yang mau menyuruh dirinya bekerja. Ia akui akan bekerja terus dan mau bekerja apa saja yang penting halal dan bisa membantu kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H