Ratusan nyawa melayang di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada liga 1 Sepak Bola Indonesia, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Mungkin tidak terbayangkan sebelumnya begitu banyak nyawa hilang dalam sekejap hanya lantaran pertandingan sepak bola.
Sejatinya helatan sepak bola terlebih sepak bola nasional seperti liga 1 adalah sarana hiburan dan persatuan diantara anak bangsa, tetapi nyatanya berubah menjadi tragedi bahkan bisa dibilang duka sepak bola Indonesia.
Lalu siapa yang salah, atau semua pihak saling menyalahkan, tetapi yang terpenting adalah semua pihak harus intropeksi diri, menyadari dan mengevaluasi mengapa ini bisa terjadi.
Sebagai bangsa yang beragama dan bermayoritas beragama Islam tentunya kita yakin bahwa sesuatu yang terjadi sudah tercatat dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Begitu diterangkan dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 22.
Sebelum penciptaan manusia beserta alam semesta Allah SWT telah mencatat segala sesuatunya. Termasuk kapan, di mana, sedang apa dan bagaimana kematian seseorang.
Bagi Allah mencabut nyawa seseorang tidaklah sulit bahkan bukan hanya ratusan nyawa tetapi Allah bisa mencabut nyawa ribuan, ratusan ribu, jutaan dan kelak di hari akhir (Kiamat) tidak akan yang tersisa.
Maut di Kanjuruhan adalah contoh bagaimana cara Allah mengambil nyawa seseorang. Jika habis masa hidupnya di dunia,.maut tidak melihat usia, maut tidak melihat jabatan, dan maut tidak melihat kapan dan di mana tempat kematian itu terjadi.
Perhatikan dengan iman Al-Quran surat An-Nisa ayat 78, berbicara tentang kematian, aina maa takuunuu yudrikkumul mautu walau kungtum fii buruujim musyayyadah. "Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh".
Kematian seseorang tidak bisa dimajukan dan tidak bisa dimundurkan pasti sesuai dengan catatan. Bahkan sesuai surat An-Nisa ayat 78 tersebut seseorang tidak bisa akan berlari dari maut sekalipun berlindung di balik benteng yang tinggi dan kokoh.