Seharian repot ngurusin carnival wayang di Solo. Sama temen diajak untuk jadi team KORLAP. Seumur baru kali ini aku jadi team KORLAP. Gapapa bair tambah pengalaman. Yang ikut carnival kali ini adalah hampir seluruh sanggar seni yang ada di Solo, ditambah dinas-dinas yang bersangkutan dengan kesenian, plus lagi karang taruna beberapa kota di Solo dan lagi adik-adik yang imut dan cantik dari SMK maupun SMA baik dari negeri maupun swasta yang ada di Solo. Bahkan ikut memeriahkan sebuah kesenian rakyat dari kawasan Gunung Merbabu.
Saya yakin sudah banyak tertulis di harian berbagai media, karena sebagai korlappun dibikin repot hadirnya para fotografer dan para wartawan yang selalu menyela diantara rombongan guna mengambil potret. Sudah sering saya melihat tingkah teman wartawan yang bikin repot pada perayaan semacam ini. Kemarin pas sedekah laut di Cilacap, sudah di kasih garis pembatas bagi wartawan dan fotograferpun toh masih tetap dilanggar. Rupanya baru membumi istilah dan penggunakan kata MELANGGAR, jadi sampai-sampai tidak sadar ikut-ikutan melanggar.
Pelaksanaan kali ini bagi saya kurang memuaskan. Acara rekondusipun selalu hadir, menyesuaikan dan menyesuaikan. Entah apa penyebabnya, menurut saya kurangnya persiapan awal, sehingga koordinasipun terlihat canggung. Perayaan ini memang baru sekali ini saya mengikuti, dulu pernah ada itupun diadakan oleh pihak Kraton Mangkunegaran. Skarang perayaan ini diangkat lagi oleh Pemkot bekerjasama dengan POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata).
Di tengah kecanggungan dan hiruk pikuk suara serta panasnya matahari ditambah suasana koordinasi yang kurang matang. Pak Walikota Joko W. dicari banyak orang. Sebagian pejabat yang sok akrab dan dekat dengan Joko W. memberikan kabar bahwa pak Wali tidak ikut carnival, dia menunggu di BAlaikota. Slang beberapa menit Pak Joko W. berjalan kaki dari pertigaan sebelah utara lapangan Kota Barat tempat para peserta karnival berkumpul. Akhirnya sebagian panitia dari pihak pejabat kebingungan mencarikan pakaian untuk Pak Wali.
Ini saya lihat sebagai humor dan lucu. Karena mereka semua yang bilang dekat dan akrab dengan Pak Wali ternyata tak tahu ukuran baju dan pakaian (beskap) bagi Pak Wali. Wal Hasil pak Walipun hanya mengenakan pakaian seadanya, meskipun sragam tapi terlihat kedodoran alias kebesaran. Belum lagi kasus traumanya pak wali terhadap kuda, karena dulu pernah ada kasus kuda yang ditunggangi pak wali jingkrak-jingkrak tak terkontrol.
PAsang FOTO GA BISAAAAAAAAAAA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H