Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Open House

1 September 2011   15:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:18 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kenapa budaya? Karena sudah dari dulu ada (mungkin). Bak seorang raja yang bijaksana dan banyak penggemar, itu yang terbersit dalam benak saya, ketika para petinggi negara, bahkan artis-artis, instansi ataupun orang kaya lainnya mengadakan OPEN HOUSE. Dimata saya ini sangat-sangat budaya KAPITAL sekali, dimana selalu orang miskin kalah posisi dan harus mengemis meminta maaf kepada yang lebih mampu. Di mana rakyat harus bersusah payah mengantri dan berbondong-bondong tilik NDARA presidennya, atau pengertian yang lainnya.

Teringat dalam cerita wayang, bahwa dalam tradisi kenegaraan sebuah kerajaan ada tradisi yang bernama NITI BAWAH. Niti bawah ini kondisinya bersebrangan dengan apa yang dinamakan OPEN HOUSE. Karena Niti Bawah ini seorang raja yang dikawal prajurit pribadi bersusah payah mendatangi rakyatnya yang jelata. Jalan-jalan sepanjang dilewati sang raja jadi ramai dan meriah. Sama-sama pamer, tetapi lebih tepat dan ngajeni SANG RAJA, karena bersusah payah.

Jujur dalam hati kecil aku menangis melihat kesenjangan yang semakin dibuat-buat, ironisnya yang tertindas makin gagap kalau memang ditindas. Benar tidaknya kata tertindas dan penindas yang saya maksud, silahkan direnungkan masing-masing individu. Tertindas berarti secara hak dasar seperti (pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, hukum dan kemerdekaan) sudah dimonopoli dan diprioritaskan pada yang BERMODAL. Ntah terasa atau tidak silahkan itu perenungan masing-masing.

Keangkuhan semakin terlihat gila, ketika saya menyaksikan orang-orang buta yang berjalan berderetan guna mengantri amplop dan bersalaman dengan PRESIDEN. Ntah itu mereka tulus datang atau sebuah permainanpun tiada yang tahu kecuali jiwa masing-masing. Orang buta terpaksa datang dan berjalan mendatangi yang sehat bisa melihat yang berdiri menanti, disyuting TV disaksikan para pemirsa TV terus, bahkan mungkin di tulis. Bagaimana menurut anda? Akankah karena jabatan terus kita berpihak pada yang bermodal dan yang dipertuan? Silahkan renungkan. Salam Damai di hari kengerian awal bulan Syawal 1432 Hijriyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun