Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bisul Sialan

14 Februari 2012   05:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adhuuuuuuuuhhhhhh,,,tumbuh lagi satu bisul di tubuh ini. Kemarin tempat ini ga ada, sekarang sudah dikuasai lagi oleh bisul sialan. Sekarang aku sudah tidak bisa apa-apa lagi. Dimasa lalu aku seperti perjaka yang perkasa, ganteng tampangku, siapapun akan melirikku. Sekarang aku jadi perjaka yang lemah, karena tubuhku penuh bisul, dari ujung rambut sampai kakiku, hingga aku tak bisa berdiri tegap menatap matahari. Hingga ketampanan wajahku tertutup bisul-bisul sialan.

Kemarin aku jadi dambakan dan membanggakan.
sekarang aku jadi kotoran dan diserakkan.
kemarin aku jadi rebutan.
sekarang aku ditinggalkan.

Oh Bisul sialan,
kenapa kamu hancurkan hidupku?
darimana kamu berasal?
pernahkah aku mengundang dan menjamu dirimu?
kenapa engkau jenak mengusai tubuh ini.

Bisul-bisul itu kian hari bertambah dan bertambah, hingga tubuh ini tak muat lagi dengan keberadaan bisul-bisul baru. Dan tubuh ini hanya bisa tergeletak, dokterpun tak mampu mengobati, dukunpun menyerah, berbagai jamu alternatif yang fantastic tak mampu membendung, paranormal kukumpulkan untuk mencari penyebabnya, mereka sepakat menjawab karena kamu lupa pada dirimu sendiri. Sejak kapan diri ini lupa pada diri sendiri? Sejak harga dirimu diinjak orang kamu hanya diam, jawab paranormal. Ahli sains tingkat tinggi kudatangkan, ahli kulit dunia aku datangkan untuk mengobati bisul sialan ini. Namun mengapa mereka minta banyak persyaratan, hingga aku tak mampu untuk berbuat.

Bisul sialan,
kian menggerogoti tubuhku,
tanpa belas kasihan, tanpa rasa ampun,
serasa tuli atas pembicaraan,
serasa tak mau atas situasi.

Bisul sialan, kini merajai tubuhku, sakit tiada tarapun menyiksaku. Rasa senut-senut, ada dalam setiap degub nafasku, hingga bernafaspun aku merasa sakit. Aku curiga, jangan-jangan sang bisul sialan itu kini telah menguasai jantungku. Oh tidak, aku masih ingin hidup, aku masih ingin eksis, aku masih ingin menikmati matahari, menikmati pesona dan keindahan. Oh tidak, bisul sialan please deh kamu menyingkir barang satu jam, kembalikan aku yang dulu, atau kalau perlu pergilah jauh. Aku bukan tempat untuk kamu tumbuh, aku punya keindahan tersendiri, dari ribuan keindahan yang ada di alam ini. Aku bukan tempat untuk ajang menari para bisul, tolong deh pergilah dan pergilah.

Semakin aku menyuruh dan mengeram kesakitan, semakin bisul-bisul sialan menari, bahkan menari rock dan membunyikan musik yang keras, sendi-sendi tubuhpun terasa senut-senut, makin lama makin kencang-kencang, seperti terpaan angin menghembusi api yang menyala di belukar yang kering. OH BISUL SIALAN, teganya-teganya dirimu. Kamu seperti manusia yang pinter dan cerdas menerpa peradaban, hingga menguasai dunia. Dan Kini tubuhku kau kuasai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun