Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Amburadul (tulisannya)

22 Maret 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mencerdaskan kehidupan bangsa. Itulah yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Kenapa bangsa harus dicerdaskan? Supaya rakyatnya cerdas. Kata orang pinter, syarat negara yang makmur itu rakyatnya harus cerdas dulu, setelah itu baru bisa membangun bangsanya di berbagai segi dan unsur. Kalau rakyatnya bangsa itu masih dibawah standar cerdas otomatis ya jadi bangsa yang hanya nrima ing pandum. Diperbudak bangsa lain juga nggah nggih sendika ngestokaken dhawuh. Katanya sih begitu, tetapi hal itu tidak begitu penting bagi bangsa Indonesiaah ini, berdasarkan realitas lho yah. Lihat saja, banyak opini yang berkembang di kalangan masyarakat menengah kebawah bahwa pendidikan itu tidak penting, yang penting adalah mencaari ssesuap nasi untuk bertahan hidup. Bisakah saya sebut MISI bangsa ini telah gagal dalam hal MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSAnya.

Kalau memang pencerdasan masyarakat itu dinilai penting, seharusnya ada usaha kesana. Seperti penanaman opini, pemerataan pendidikan, dan tidak ada centralisasi pendidikan hanya di kota. Masyarakat Desa memang ga butuh pendidikan YA? kan mereka sudah tidak tersketsa dalam kehidupan kota, jadi kalau mereka terbelakang sudah dianggap pas. MAAF lho ya. Pemerataan pendidikanpun dibutuhkan sarana lain seperti transportasi, baik darat, laut dan udara. Rakyat desa penghasilannya pas-pasan, transportasi menuju kota sangat susah, apalagi biaya juga mahal disebabkan alat transportasi yang mogok karena jalan yang rusak. Banyak alasan yang membikin malas tiap individu, siapa yang disalahkan? ALAMKAH? Tentu tidak lah yaou.

Kerjasama, itulah yang bisa diharapkan dan bisa menuntaskan berbagai cita-cita bangsa ini. Kerjasama yang transparasi dan tidak ada KONG KALIKONG, tidak ada tendensi mencukupi kepentingan pribadi, tidak ada keserakahan, tidak ada main sogok, dan banyak lagi tidak ada bla-bla yang saya merasa di negeri ini makin hari makin marak diadakan. Hingga banyak pula yang bikin istilah tentang sistem negara ini, ada yang bilang badutlah, negeri pelawaklah dan lain sebagainya. Apa sih sebabnya, cuma UANG kan,,,sangat payah kedewasaan negeri ini. karena uang hingga kawannya sendiripun dijadikan korban. Selain uang apa lagi yang membuat orang untuk tidak jujur, pemimpin yang tidak transparan dan penyebab makin semaraknya KORUPSI dan KOLUSI? Takut jatuh karena memang kebanyakan BOROK di seluruh tubuhnya, meskipun baunya sangat menyengat di hidung dan dah terbawa angin kemanapun tetap saja berusaha untuk bertahan supaya tidak diketahui, ANEH KOK NYATA.

Ada sebuah kasus yang membuat saya tertawa geli, bukan karena lucu, tetapi karena ironis dan memang ini realitas. Ada sebuah SD di daerah Subang, dan sampai sekarang SD ini menunggu penggantian guru olahraganya yang lama menjadi guru disitu dan berkelakukan aneh. Benarkah ANEH, saya rasa tidak. Guru Olahraga ini selain mengajar dia berjualan atau tepatnya menjajakan barang dagangannya. Dan dia berusaha supaya dagangan tersebut habis dengan cara memaksa muridnya untuk membeli, kalau tidak habis, kelas yang diajarinya baisanya dipulangkan terakhir sampai jajanan habis. Selain itu kelakuannya yang lain adalah meminta jatah rokok kepada tiap muridnya, dengan imbalan nilai yang bagus. Kenapa hal ini bisa terjadi?? Ada beberapa hal menjadi penyebabnya yang semua itu tak lepas dari SISTEM yang digunakan di negeri ini.  Ga usah saya jelaskan lebih lanjutpun, saya pikir tiap individu mampu menganalisa sendiri. salah satu penyebab adalah GOK MENYOGOK waktu mendaptarkan jadi GURU. Saya yakin hal ini banyak yang paham, bahkan bagi guru itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun