Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anoman Jenuh

6 Juli 2011   23:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_121083" align="alignleft" width="243" caption="Anoman God"][/caption] Menunggu adalah salah satu pekerjaan yang menjenuhkan. Situasi ini bisa didapatkan ketika menunggu kedatangan sang kekasih, atau menunggu teman untuk berangkat bersama berekreasi. Apalagi yang namanya menunggu kebijakan para penguasa, wah bisa mati kutu, tulisan-tulisan tumpek bleg dengan berbagai gaya dan cara pandang. Tidak ketinggalan media masa ikut meliputnya tanpa rasa bosan. Anehnya jika yang ditunggu kebijakannya justru saling lempar bola, wah bikin ribet para wartawan dan yang nonton siaran, baca koran atau sekedar mendengar kabar saja sudah merasakan akibatnya. Yaitu MUAK.

Berbeda kasus yang dialami oleh Anoman, tokoh wayang kita kali ini. Betapa tidak, dalam kasanah pewayangan kita Anoman ini dikenal dengan hidup diberbagai jaman, hingga jaman Jayabaya menjadi Raja yang termasyur. Bahkan dalam versi Jawa Anoman ini diceritakan tidak mati, dia terakhir bertemu dengan Sunan Kalijaga dan minta di jabarkan arti atau makna Jamus Kalisada. Anomanpun baru moksa meninggalkan alam dunia ini menuju ke dunia lain.

Bosan hidup, itulah yang dialami Anoman. Di dalam cerita wayang terdapat cerita Anoman Maneges, yang menceritakan berontaknya Anoman kepada para Dewa dan minta mati. Di Jaman sekarang ini mungkin sudah jarang orang yang berumur panjang seperti Anoman ini. Saya sendiri baru tahu satu orang yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Dia masih kakek buyut saya sendiri, dan sekarang masih hidup, hanya saja pendengaran, ucapan dan pandangannya sudah berkurang. Inipun kakek buyut saya sudah kebingungan minta mati, sampai-sampai semua cicitnya sudah dipamiti, tetapi kematian tak kunjung datang juga. Paman saya sampai kerepotan mengubah pintu rumahnya lantaran nurutin kemauan Kakek Buyut saya ini. Minta dibuatin pintu yang menghadap ke utara agar kakek cepat meninggal, selang beberapa bulan minta pintunya diubah ke arah barat, dan malaikat kematianpun belum kunjung datang.

[caption id="attachment_121084" align="alignright" width="123" caption="Anoman Wayang Gaya Solo"]

13099944652036660297
13099944652036660297
[/caption] Itu baru keribetan dan kejenuhan diseputar kakek saya, belum terpikir kehidupan Anoman yang hidup di jaman Ramayana hingga Jayabaya. Entah berapa ratus tahun dia butuhkan waktu untuk hidup. Dan berapa ratus darma ksatria yang dia kobarkan demi keberlangsungan kehidupan di marcapada ini. Coba saja kalau Anoman ini masih hidup, pasti bisa menyelesaikan korupsi, kolusi nipotisme dan segala kerancuan negara ini. Mungkin loh ya, kan dianya seorang ksatria. Bahkan sampai saat inipun banyak bermunculan isu keluarnya satria piningit, sampai-sampai banyak tulisan yang membicarakan hal tersebut. Berarti harapan atau asa untuk hidup baru ada dalam benak masing-masing individu di negeri ini. Tentu saja tindakan masih mlempem karena belum ada reaksi realnya, seperti kasus reformasi di tahun 1997-1998.

Kebingungan dan kegelisahan Anoman mengakibatkan dia berontak. Tidak seperti makhluk hidup pada umumnya berontaknya Anoman ini adalah dia melakukan meditasi dan mencari petunjuk. Dewapun kewalahan merasakan aura dari Anoman, di utuslah Narada (wakil presidennya para dewa) untuk [caption id="attachment_121085" align="alignleft" width="79" caption="Anoman Samadi"]

13099945091208162217
13099945091208162217
[/caption] menemui dan berbincang-bincang dengan Anoman. Sesegera Anoman minta mati, tetapi kematian Anoman masih dipending, karena masih ada satu tugas mulia lagi bagi Anoman, yaitu menikahkan putri Jayabaya yang bernama Pramesti dengan Astradarma putra dari Sariwahana. Anoman disuruh menjadi seorang pendeta dengan nama Resi Mayangkara. Akhirnya Anoman mampu menikahkan kedua mempelai karena Astradarma merupakan muridnya. Pernikahan ini merupakan awal kedamaian diantara dua kubu yaitu kubu Jayabaya dan kubu Sariwahana. Anomanpun segera mempurnakan tugasnya dengan bertempur melawan musuh Jayabaya yang asli yaitu seorang raja dari Selahuma bernama Yaksadewa. Anoman mati dalam pertempuran dan moksa bersama raganya, begitu juga Yaksadarma berubah wujud menjadi Bathara Kala dan kembali bertugas menjajagi niatan para manusia.

Berdarma dan berbakti, menyatukan, dan melerai pertikaian artinya menjaga kesetabilan kehidupan bersama itulah sebenarnya tugas Anoman. Ketika kedamaian tercapai maka kehidupanpun kembali normal dan kenormalan ini merupakan akhir dari kehidupan Anoman. Di era jaman yang serba salah kaprah dan membingungkan ini sebenarnya dibutuhkan sosok seperti Anoman. Bagaimana tidak, saling tuding, saling curiga dan saling membunuh sudah menjalar, meskipun tidak terlihat kepermukaan. Lihatlah pertikaian antar tetangga gara-gara sebuah pohon, bom bunuh diri, pemimpin yang samar dalam mengambil kebijakan. Saya jadi teringat pembagian waktu atau era menurut astronomi Hindu dan Budha. Dimana jaman itu dibagi dalam 4 yaitu jaman Dwaparayuga, Tretayuga, Satyayuga dan Kaliyuga. Secara pasti saya belum tahu perhitungannya, tetapi secara ciri bisa dikatakan bahwa sekarang ini adalah jaman Kaliyuga.

Ciri khas jaman Kaliyuga adalah dimana uang sangat mengambil peranan penting dan berkuasa di atas semua kepentingan manusia. Bukankah sekarang hukum bisa dijual belikan? Kasus Anand Krishna salah satu bukti realnya. Dan bukankah negara ini merupakan negara yang berdasarkan pada hukum? Ciri khas negara hukum adalah meletakkan hukum di atas segala kebijakan, dan hukum sifatnya sangat independen dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. Kalau hukum sudah kalah dengan uang, bisakan saya sebut sekarang ini era Kaliyuga.

Anoman sangat dibutuhkan sekarang, meskipun sebenarnya Anoman sudah jenuh dan sudah bosan hidup. Bukan raga Anoman, tetapi semangat Anoman yang rela mengorbankan kepentingannya pribadi demi kemaslahatan bersama itulah yang perlu dicontoh. Lalu siapa diantara kita yang mampu jadi Anoman? Setiap orang  bisa menjadi Anoman, karena pada dasarnya tiap manusia itu makhluk yang berkecenderungan hidup bersama dan mencari keselarasan. Mulai dari diri masing-masing dan semangat baru, cita-cita baru, opini baru dan pandangan baru untuk memperoleh sesuatu yang baru. Baru bukan dalam artian penampilan, baru karena hasil perenungan dan diaplikasikan dalam kehidupan bersama di tiap lingkungan.

Tulisan ini juga di tulis di

http://poswayang.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun