[caption id="attachment_121083" align="alignleft" width="243" caption="Anoman God"][/caption] Menunggu adalah salah satu pekerjaan yang menjenuhkan. Situasi ini bisa didapatkan ketika menunggu kedatangan sang kekasih, atau menunggu teman untuk berangkat bersama berekreasi. Apalagi yang namanya menunggu kebijakan para penguasa, wah bisa mati kutu, tulisan-tulisan tumpek bleg dengan berbagai gaya dan cara pandang. Tidak ketinggalan media masa ikut meliputnya tanpa rasa bosan. Anehnya jika yang ditunggu kebijakannya justru saling lempar bola, wah bikin ribet para wartawan dan yang nonton siaran, baca koran atau sekedar mendengar kabar saja sudah merasakan akibatnya. Yaitu MUAK.
Berbeda kasus yang dialami oleh Anoman, tokoh wayang kita kali ini. Betapa tidak, dalam kasanah pewayangan kita Anoman ini dikenal dengan hidup diberbagai jaman, hingga jaman Jayabaya menjadi Raja yang termasyur. Bahkan dalam versi Jawa Anoman ini diceritakan tidak mati, dia terakhir bertemu dengan Sunan Kalijaga dan minta di jabarkan arti atau makna Jamus Kalisada. Anomanpun baru moksa meninggalkan alam dunia ini menuju ke dunia lain.
Bosan hidup, itulah yang dialami Anoman. Di dalam cerita wayang terdapat cerita Anoman Maneges, yang menceritakan berontaknya Anoman kepada para Dewa dan minta mati. Di Jaman sekarang ini mungkin sudah jarang orang yang berumur panjang seperti Anoman ini. Saya sendiri baru tahu satu orang yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Dia masih kakek buyut saya sendiri, dan sekarang masih hidup, hanya saja pendengaran, ucapan dan pandangannya sudah berkurang. Inipun kakek buyut saya sudah kebingungan minta mati, sampai-sampai semua cicitnya sudah dipamiti, tetapi kematian tak kunjung datang juga. Paman saya sampai kerepotan mengubah pintu rumahnya lantaran nurutin kemauan Kakek Buyut saya ini. Minta dibuatin pintu yang menghadap ke utara agar kakek cepat meninggal, selang beberapa bulan minta pintunya diubah ke arah barat, dan malaikat kematianpun belum kunjung datang.
[caption id="attachment_121084" align="alignright" width="123" caption="Anoman Wayang Gaya Solo"]
Kebingungan dan kegelisahan Anoman mengakibatkan dia berontak. Tidak seperti makhluk hidup pada umumnya berontaknya Anoman ini adalah dia melakukan meditasi dan mencari petunjuk. Dewapun kewalahan merasakan aura dari Anoman, di utuslah Narada (wakil presidennya para dewa) untuk [caption id="attachment_121085" align="alignleft" width="79" caption="Anoman Samadi"]
Berdarma dan berbakti, menyatukan, dan melerai pertikaian artinya menjaga kesetabilan kehidupan bersama itulah sebenarnya tugas Anoman. Ketika kedamaian tercapai maka kehidupanpun kembali normal dan kenormalan ini merupakan akhir dari kehidupan Anoman. Di era jaman yang serba salah kaprah dan membingungkan ini sebenarnya dibutuhkan sosok seperti Anoman. Bagaimana tidak, saling tuding, saling curiga dan saling membunuh sudah menjalar, meskipun tidak terlihat kepermukaan. Lihatlah pertikaian antar tetangga gara-gara sebuah pohon, bom bunuh diri, pemimpin yang samar dalam mengambil kebijakan. Saya jadi teringat pembagian waktu atau era menurut astronomi Hindu dan Budha. Dimana jaman itu dibagi dalam 4 yaitu jaman Dwaparayuga, Tretayuga, Satyayuga dan Kaliyuga. Secara pasti saya belum tahu perhitungannya, tetapi secara ciri bisa dikatakan bahwa sekarang ini adalah jaman Kaliyuga.
Ciri khas jaman Kaliyuga adalah dimana uang sangat mengambil peranan penting dan berkuasa di atas semua kepentingan manusia. Bukankah sekarang hukum bisa dijual belikan? Kasus Anand Krishna salah satu bukti realnya. Dan bukankah negara ini merupakan negara yang berdasarkan pada hukum? Ciri khas negara hukum adalah meletakkan hukum di atas segala kebijakan, dan hukum sifatnya sangat independen dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. Kalau hukum sudah kalah dengan uang, bisakan saya sebut sekarang ini era Kaliyuga.
Anoman sangat dibutuhkan sekarang, meskipun sebenarnya Anoman sudah jenuh dan sudah bosan hidup. Bukan raga Anoman, tetapi semangat Anoman yang rela mengorbankan kepentingannya pribadi demi kemaslahatan bersama itulah yang perlu dicontoh. Lalu siapa diantara kita yang mampu jadi Anoman? Setiap orang bisa menjadi Anoman, karena pada dasarnya tiap manusia itu makhluk yang berkecenderungan hidup bersama dan mencari keselarasan. Mulai dari diri masing-masing dan semangat baru, cita-cita baru, opini baru dan pandangan baru untuk memperoleh sesuatu yang baru. Baru bukan dalam artian penampilan, baru karena hasil perenungan dan diaplikasikan dalam kehidupan bersama di tiap lingkungan.
Tulisan ini juga di tulis di
http://poswayang.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H