Mohon tunggu...
juju juriyah
juju juriyah Mohon Tunggu... Guru - Penulis sastra dan nonsastra, guru man 3 Cirebon peraih juara menulis tingkat internasional maupun nasional.

Hobi menulis sebagai tempat untuk berbagi dan tempat mengungkapkan ide/gagasan/pendapat dan perasaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Taman di Sisi Hati, Akankah Kau Pahami?

24 Februari 2024   19:54 Diperbarui: 24 Februari 2024   22:15 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber  : pixabay.com

Padamu kan kuceritakan isi di sisi hati yang tak bisa kusampaikan selain kamu

Sisi hati ini menyimpan sebuah taman
Taman yang begitu indah
Dipenuhi bunga warna warni.
Dengan tak hilang aroma harum yang mengekspektasi.

Sebuah taman yang begitu indah dengan cahaya matahari yang samar-samar membayang dibalik dedaunan

Dedaunan yang begitu terkarakter dengan warnanya yang menghembuskan paham-paham kekuatan akan sebuah prinsip hidup yang harus bermakna tanpa tergantung dengan celotehan-celotehan negatif yang mengintimidasi ke sudut nonmotivasi dan nonmutual.

Sebuah taman yang tak kan terlihat dengan kasat mata.
Karena hadirnya hanya bisa dipahami dengan kritisnya berpikir dan kenakalan berlogika.
Sebuah taman yang tak hadir disembarang tempat.
Sebuah taman yang eksistensinya terlahir dari cercahan-cercahan ilmu tentang hidup dan kehidupan.

Dan taman itu akan terus nampak keindahannya walau dengan datangnya kabut kadang di pagi hari dan kadang di sore hari namun tak menggelapkan bahkan akan membuatnya semakin subur tak  terelakan.

Taman yang kala malam datang membuat bulan tersenyum indah denga membiaskan cahayanya pada bunga-bunga yang mulai kuncup dan daun yang mulai mengharapkan pelukan lembutnya.
Hingga chemistry yang mengikat ini membuat alam menjadi begitu berbinar bahagia.

Taman ini terbungkus dengan kemasan yang begitu menarik.
Dan sekali lagi ku katakan padamu.
Taman ini tak semua orang bisa melihatnya apalagi menikmatinya.
Karena taman ini tersembunyi di balik pelangi keabsurban antara kebenaran dan kesalahan.
Hingga hanya penalaran yang terkonklusi yang mampu menembusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun