Mohon tunggu...
juju juriyah
juju juriyah Mohon Tunggu... Guru - Penulis sastra dan nonsastra, guru man 3 Cirebon peraih juara menulis tingkat internasional maupun nasional.

Hobi menulis sebagai tempat untuk berbagi dan tempat mengungkapkan ide/gagasan/pendapat dan perasaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Melintas Awan (Perjalanan Imajinasi Menemukan Inspirasi) Bagian 1

8 Juni 2023   14:07 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:16 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber Dokumen Pribadi

langkah kaki ini melaju cepat menuju kelas xi bahasa, hari ini aku ada jam di kelas tersebut. Agak telat sih karena di kelas sebelumnya banyak memakan waktu untuk ulangan harian unjuk kerja.  Anak-anak sudah menunggu dengan keceriaannya. Dilihat bagiamana mereka menjawab dengan antusias salamku ketika aku masuk kelas.

Seperti biasanya yang pertama  keluar dari mulutku adalah menanyakan kabar "Apa Kabar?" serentak meraka menjawab "Alkhamdulillah, luar biasa he he." tak ketinggalan gelak tawanya mengakhiri jawaban dari sapaanku.  "Ibu apa kabar, sehat yaa?" mereka balik bertanya. "Alkhamdulillah" jawabku singkat. kemudian saya mulai membuka agenda harian dan buku daftar hadir siswa.  Mulai mengabsen dan ada bebrapa yang tidak hadir. kelas xi bahasa ini termasuk unik. Dari semua siswa hanya ada lima orang siswa laki-laki. Tidak seperti kelas lainnya. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh berbeda. 

sebelum memulai pelajaran, saya mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran pertemuan sebelumnya tentang teks cerpen. Pertemuan sebelumnya membahas teks cerpen  dengan materi memahami unsur-unsur pembangun cerpen.  Tanya jawab begitu lancar, apa pertanyaanku yang terlalu mudah atau memang kesiapan mereka yang sudah maksimal. Yang jelas mereka sangat luar biasa mempu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kulontarkan.

sumber dokumen pribadi
sumber dokumen pribadi

"Baiklah sekarang kita akan belajar membuat teks cerpen." saya  mulai memberikan pancingan-pancingan kepada mereka untuk membuka imajinasi mereka akan hal-hala yang bisa ditulis oleh mereka. saya ajak mereka berimajinasi dengan teori yang saya buat sendiri yaitu "Melintas Awan" .

Melintas awan yaitu sebuah teori membuat teks cerpen dengan mengajak siswa untuk melambungkan angannya atau imajinasinya terbang tinggi hingga melintasi awan. Tanpa adanya batas-batas logika atau batas-batas ruang dan waktu. Mereka menerbangkan imajinasinya boleh sampai diluar logika mereka, bisa juga keluar dari tempat-tempat yang biasa mereka singgahi atau waktu boleh memilih kapan saja.., boleh waktu masa lalu, masa sekarang atau masa depan.

Teori melintas awan dari saya disambut dengan antusiasme mereka.  Kemudian saya ajak mereka untuk belajar di luar kelas. suatu kebiasaan bagi saya untuk belajar di luar kelas sebagai sarana penghilang kejenuhan karena sudah dari pagi mereka belajar di dalam ruangan juga situasi yang cocok dengan teori yang akan saya terapkan. Mereka sangat senang . Mereka pun berhamburan berlarian menuju tempat yang sudah aku tunjukkan. yakni di taman depan kantor guru. Juga disesuaikan dengan teori yang akan saya terapkan yakni melitas awan. Di taman mereka akan diberi kebebasan untuk menjalanakan imajinasinya dengan memandang ke ke langit luas untuk mendapatkan inspirasi.

"Ibu, ini harus melihat ke arah langit ya buu, tidak boleh melihat ke pohon itu he he." tanya fenti. 

" Ya buu... kan panas tuh ada matahari," sambung naila.

" Jangan ke atas banget dong lihatnya, sedikit ke atas juga bisa, lebay kalian itu." kata Bunay dengan suara lantangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun