Mohon tunggu...
juju juriyah
juju juriyah Mohon Tunggu... Guru - Penulis sastra dan nonsastra, guru man 3 Cirebon peraih juara menulis tingkat internasional maupun nasional.

Hobi menulis sebagai tempat untuk berbagi dan tempat mengungkapkan ide/gagasan/pendapat dan perasaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pancaran Penyejuk Jiwa

20 November 2022   09:51 Diperbarui: 20 November 2022   09:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Bu, Dede pengen ngobrol" suara anakku zytka. 'Boleh, ada apa". Di hari libur ini ketika aku sedang menata pot-pot di taman samping ini. Sengaja kuganti tata letaknya agar tidak membosankan. Kami pun duduk di bangku taman. Bangku yang terbuat dari kayu begitu sederhana dan uni. Asyik bila kupandang seperti sebuah singgasana di kastil kerjaan jaman dahulu Tapi memang aku suka. Senyum anakku melebar seperti cahaya matahari pagi, cahaya yang menghangatkanku..Menembus pori-pori kecil menelusuri kulitku nan lembut. Membangkitkan penuh rasa mudaku nan elok. Kala itu ketika aku sedang menginginkan sesuatu pasti merayu-rayu ibuku dengan senyum manis terhebatku. Akhinya hatinya luruh dan memenuhi keinginanku. Karena pengalamnku aku sangat mengerti anakku ini pasti  mau meminta sesuatu dariku. Benar sekali  dia minta untuk izin besok tidak mengikuti praktek renang di sekolahnya. Ada saja alasannya. Aku tak mampu mengelak dari senyumnya dan akupun mengiayakan.

Ku melangkah dengan sinarmu yang begitu terang anakku. Hari ini kita mengisi liburan dengan berbagi cerita. Akhirnya ku menceritakan masa kecilku ketika kau menginginkan sepatu yang lagi ngetren saat itu. Aku berdandan  cantik, aku berpakaian indah namun sepatu yang kupakai sepatu yang sudah lama atau usang. Aku tersenyum mengarah ke ibuku. "Mah aku mau nonton nih sama teman2, bagaimana penampilanku" Mamah melihat dengan seksama, seruis sekali."Cakep, tapi koq sepatunya yang itu, ganti kan ada yang lebih baik". Aku memperlihtkan muka sedihku " ada mah, tapi kayanya ga cocok sm baju yang dipakai ini". "Boleh ya beli sepatu baru biar cocok, buat besok kupakai dengan temna-teman nonton, biar PD heheheh" lanjutku. Aku terus merayu ibuku. Ibu tersenyum dan "Boleh" Jawabnya. Aku senang sekali mendengarnya. Dan kini anakku menjiplak diriku. Yah kata pepatah buah  jatuh tak jauh dari pohonnya. Anakku bagiku seperti cahaya yang menyinari hari-hariku, sehingga aku tidak takut tersesat. Memberiku jalan melangkah gagah meniti hari.Menggapai kebahagiaan nan indah.

Sore ini aku dan anakku jalan-jalan sore di sebuah taman kota, dia tersenyum melihatku tersenyum. Kau menggapaiku tatkala langkahku mulai lelah. "Bu...ke perpustakaan yuu" Anakku suka sekali membaca buku, sehingga kalau keman-mana dia tak melewatkan untuk mampir ke perpustakaan untuk membaca buku. Dengan kebisaannya membuatku suka juga mengunjungi perpustakaan dan membaca-buku-buku kesukaanku. Anakku selalu menyemangatiku untuk terus melangkah maju dengan membaca. "Membaca itu menyehatikan lahir dan bathin kita, semakin banyak ilmu yang kita dapat semakin banyak manfaat untuk diri dan kehidupan kita, membangkitkan aura positif dalam diri kita". Katanya bertubi-tubi menyemangatikku untk tidak malas membaca meski umurku mulai mencapai 50 tahun. Dengan membaca kita mampu menikmatu dunia ini nan penuh arti. Dia adalah matahariku, penyemangat diriku dalam mengisi hari-hariku. Sore sudah menjelang petang dan  di waktu sore pun dia tetap memancarkan cahaya sendu nan mempesona.Menyejukan kalbuku untuk menikmati  damainya senja yang memancar dengan kemayu rayu menyejukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun