Mohon tunggu...
jufriyanto
jufriyanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mas Juff

Tajam Berpikir Lembut Berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analytical Thinking dan Kedewasaan Berpikir, Jawaban atas Krisis Figur di Kalangan Mahasiswa

6 November 2024   12:23 Diperbarui: 6 November 2024   12:36 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era disrupsi yang ditandai oleh arus informasi yang masif membawa kita pada fenomena yang dikenal sebagai krisis figur. Fenomena ini menggambarkan kondisi di mana masyarakat---khususnya kalangan mahasiswa---mengalami kesulitan dalam menemukan figur atau tokoh panutan yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. 

Di satu sisi, keterbukaan informasi memberikan akses yang lebih luas terhadap berbagai sosok dan gagasan. Namun, di sisi lain, munculnya figur publik yang meraih popularitas melalui media sosial tanpa didukung oleh integritas, kontribusi nyata, atau landasan keilmuan yang kuat justru memperburuk kepercayaan terhadap tokoh yang seharusnya berfungsi sebagai inspirasi dan pedoman etika.

Dalam situasi semacam ini, kemampuan berpikir analitis dan kedewasaan berpikir menjadi dua elemen krusial yang perlu dikembangkan. Berpikir analitis mengacu pada kemampuan untuk mengurai dan menganalisis permasalahan secara kritis dan objektif, sementara kedewasaan berpikir mencerminkan sikap bijaksana yang memungkinkan individu melihat perbedaan dengan pandangan yang holistik dan penuh pertimbangan. 

Apabila mahasiswa mampu mengembangkan kedua aspek ini, mereka akan memiliki landasan yang kokoh dalam menjalani kehidupan, terutama ketika dihadapkan pada krisis figur dan dinamika sosial yang kompleks.

Sebagai peserta Rekrutmen Anggota Baru (RABA) yang akan bergabung dengan Unit Kegiatan Pengembangan Keilmuan (UKPK), Anda memiliki kesempatan untuk mendalami prinsip-prinsip ini melalui Kurikulum Moderat Humanis. 

Kurikulum ini dirancang untuk memadukan nilai-nilai moderasi dan humanisme, sekaligus menekankan pentingnya berpikir analitis dalam menghadapi berbagai permasalahan. Harapan kami, sebagai bagian dari tim penyusun kurikulum ini, adalah setidaknya dapat membekali Warga UKPK dengan kemampuan berpikir yang tajam serta membangun karakter yang matang dan independen, sehingga mampu menjawab tantangan di tengah krisis figur.

Krisis figur bukanlah fenomena yang hanya terjadi di kalangan masyarakat umum, tetapi juga melanda mahasiswa, khususnya Warga UKPK yang sering berada dalam proses pembentukan identitas diri. Krisis ini muncul akibat terungkapnya berbagai skandal atau perilaku tidak etis dari figur publik, baik di ranah politik, hiburan, maupun lingkungan kampus. 

Perilaku-perilaku yang bertentangan dengan nilai moral dan etika ini mengikis kepercayaan masyarakat, dan secara khusus membuat mahasiswa kesulitan menemukan figur yang layak dijadikan panutan.

Saat ini banyak figur di media sosial lebih dikenal karena popularitasnya ketimbang kontribusi nyatanya terhadap masyarakat. Kondisi ini membuat mahasiswa rentan terjebak dalam "kultus popularitas" tanpa pertimbangan kritis terhadap kualitas karakter maupun nilai intelektual yang diusung oleh figur-figur tersebut. 

Di sinilah pentingnya pola pikir analitis; dengan kemampuan berpikir kritis, Warga UKPK dapat memisahkan antara figur yang hanya mengandalkan ketenaran dengan sosok yang benar-benar memiliki integritas, kompetensi, dan kontribusi.

Dalam merespons krisis figur, berpikir analitis bukan hanya menjadi keterampilan berpikir yang penting, tetapi juga fondasi yang membentuk kedewasaan berpikir. Kemampuan ini memungkinkan Warga UKPK memproses informasi secara objektif, menganalisis permasalahan dengan akurat, serta membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang mendalam. 

Dengan pola pikir analitis, Warga UKPK tidak akan mudah terpengaruh oleh opini populer yang belum tentu benar, melainkan akan berpegang pada fakta dan logika yang mereka pahami melalui analisis kritis.

Kedewasaan berpikir yang tumbuh dari kemampuan analitis ini juga mendorong Warga UKPK untuk bersikap lebih bijak dalam menghadapi perbedaan pandangan. Ketika seseorang mampu menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang, mereka akan lebih mudah menghargai perbedaan dan mengelola emosi, yang merupakan ciri kedewasaan dalam menyikapi situasi kompleks.

Pada tahun 2022 sampai tahun 2023, saya bersama Mas Irsyad, Mbak Novi, Mbak Shelly, Mas Fiksan, Mbah Zahro, serta dibantu oleh Mas Aldi dan Mas Aji---menyusun Kurikulum Moderat Humanis dengan prinsip-prinsip yang mendukung pengembangan berpikir analitis dan kedewasaan berpikir. 

Kurikulum ini tidak hanya bertujuan untuk menambah wawasan akademis, tetapi juga membangun kemampuan berpikir kritis yang matang, berbasis nilai-nilai moderasi dan humanisme. Melalui kurikulum ini, mahasiswa didorong untuk memahami isu-isu secara mendalam, tidak terburu-buru dalam menilai, serta berlatih berpikir dengan perspektif yang lebih luas.

Kurikulum ini menerapkan prinsip radikal-progresif dengan tujuan agar Warga UKPK tidak hanya melakukan analisis permukaan, tetapi juga memahami masalah hingga ke inti. Istilah "radikal" di sini bukan berarti tindakan ekstrem, melainkan pemikiran mendalam yang mencapai dasar dari permasalahan ilmiah yang dihadapi. 

Pendekatan kontekstual juga digunakan untuk mendorong Warga UKPK mempertimbangkan konteks saat menyelesaikan masalah atau menanggapi isu, sehingga mereka terhindar dari generalisasi yang tidak tepat. Kedua prinsip ini menjadi dasar bagi Warga UKPK untuk berpikir analitis dan menumbuhkan kedewasaan dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat dalam suatu masalah.

Kurikulum ini juga mengajarkan Warga UKPK untuk menghindari perilaku ekstrem dalam bertindak. Moderasi menjadi nilai utama yang diusung untuk memastikan setiap Warga UKPK tetap seimbang dalam memandang dan menyikapi berbagai hal. Prinsip "memanusiakan manusia" turut menjadi bagian integral dari kurikulum, di mana setiap mahasiswa didorong untuk memahami dan menghormati orang lain sebagai sesama manusia. 

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini, Kurikulum Moderat Humanis diharapkan dapat membentuk Warga UKPK yang kritis, dewasa dalam berpikir, dan memiliki karakter moderat dalam setiap aspek kehidupan. Prinsip-prinsip ini tidak hanya relevan dalam konteks akademis, tetapi juga menjadi bekal penting dalam menghadapi tantangan sosial yang dihadapi masyarakat secara umum.

Sebagai organisasi yang menjadi lokomotif keilmuan di Kampus UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, UKPK mengedepankan kedewasaan berpikir sebagai nilai fundamental untuk membangun hubungan yang saling menghormati antar warganya. Di tengah krisis figur, warga UKPK yang memiliki pemikiran dewasa dapat menjadi penyeimbang dengan sikap yang lebih bijak dan menghargai aspirasi atau pendapat orang lain. Mereka tidak mudah terjebak dalam konflik akibat perbedaan pendapat, melainkan mampu menjalin komunikasi yang kritis dan konstruktif.

UKPK membangun lingkungan yang dinamis dan progresif, di mana para warganya terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mengasah kemampuan berpikir analitis mereka---seperti diskusi ilmiah, pelatihan, dan beragam aktivitas rutin lainnya. Melalui partisipasi ini, Warga UKPK dapat mengembangkan kedewasaan berpikir dalam memahami perbedaan serta menghadapi tantangan sosial dengan pendekatan yang lebih objektif dan moderat.

Pada masa yang sarat dengan ketidakpastian ini, kemampuan berpikir analitis dan kedewasaan dalam berpikir menjadi aset yang sangat vital bagi Warga UKPK untuk merespons berbagai tantangan global. Kurikulum Moderat Humanis tidak hanya bertujuan menambah pengetahuan bagi Warga UKPK, tetapi juga membentuk kepribadian yang dewasa dan siap menghadapi perubahan. 

Dengan keterampilan analitis dan sikap moderat yang tertanam dalam diri mereka, Warga UKPK mampu menghadapi situasi kompleks di masa depan tanpa mengorbankan prinsip dan integritas pribadi. Kedewasaan berpikir juga menjadi landasan untuk memelihara kohesi sosial di tengah masyarakat yang semakin beragam dan penuh perbedaan. 

Warga UKPK yang telah mengembangkan kemampuan berpikir analitis akan lebih mampu menghargai setiap individu sebagai manusia yang bernilai, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam setiap interaksi. Nilai-nilai inilah yang akan membentuk mereka menjadi intelektual yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dalam berperilaku di tengah masyarakat.

Pada akhirnya, salah satu tujuan utama dari Kurikulum Moderat Humanis di UKPK adalah menciptakan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kedewasaan berpikir, dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang independen dan bijaksana. Di tengah krisis figur, mahasiswa UKPK diharapkan dapat menjadi figur bagi dirinya sendiri, berdiri tegak dengan prinsip dan pandangan yang mandiri tanpa harus bergantung pada popularitas sosok tertentu. 

Sebagai calon anggota UKPK, saya mengajak Anda semua untuk memanfaatkan kurikulum ini sebagai landasan berpikir dan bertindak dalam kehidupan akademik dan sosial Anda. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai yang tertanam di dalamnya, semoga kita semua dapat menjadi bagian dari generasi intelektual yang siap menghadapi tantangan dengan kedewasaan dan kejernihan berpikir.

Selamat kepada para peserta RABA XXV yang sebentar lagi akan ditetapkan menjadi Warga Aktif UKPK UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Langkah Anda untuk bergabung dengan UKPK adalah awal dari perjalanan yang penuh makna, di mana Anda akan dibekali dengan pola pikir analitis, moderat, dan humanis yang akan memperkuat kedewasaan dan kearifan dalam berpikir. 

Semoga perjalanan ini menjadi titik tolak bagi Anda untuk tumbuh sebagai pribadi yang bijaksana, mandiri, dan berpengaruh dalam lingkungan akademik serta masyarakat luas. Selamat bergabung dan sukses selalu dalam menjalani proses berharga ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun