Mohon tunggu...
Jufri Tonapa
Jufri Tonapa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bantuan Anggaran 1,5 Miliar Dari KPDT Mubazir Di Donggala

15 April 2015   22:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429112848118984752

[caption id="attachment_361018" align="alignnone" width="640" caption="Satu Set Mesin Bantuan Mubazir,Foto: Refi"][/caption]

Donggala, Sulawesi Tengah - Bantuan satu set mesin bubuk coklat beserta mesin Silent Diesel Generator dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal di Desa Tanamea, Kabupaten Donggala Sebesar Rp. 1,5 Miliar ternyata terbengkalai alias mubazir.

Temuan tersebut menyusul pertemuan yang dilakukan antara kelompok petani dan anggota DPRD Sulawesi Tengah, Rabu (15/4/2015). Ketua kelompok Tani Jabal Nur, Desa Tanamea,-Kabupaten Donggala, Pagama Yebo, mengungkapkan hal tersebut saat bertemu Anggota DPRD Sulteng Partai Nasdem, Moh.Masykur. M dalam acara pertemuan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

"Sejak bantuan mesin bubuk coklat itu disalurkan pada tahun 2013, hingga kini belum ada nilai manfaat yang dirasakan oleh warga. Pasalnya, mesin tersebut belum dapat dioperasikan karena tidak adanya daya dukung berupa modal dan pengembangan sistem manajerial pengelolaan usaha kepada kelompok petani," ujar Pagama Yebo.

Menurutnya, jika usaha ini dikelola baik, dirinya yakin akan sangat bermanfaat bagi warga masyarakat. "Sebab, pada saat mesin tersebut diuji coba, hasil bubuk coklat yang dihasilkan luar biasa, bisa langsung dikonsumsi dalam bentuk kue coklat," tegas Pagama.

Namun Pagama Yebo mempersilahkan Moh.Masykur menyaksikan sendiri kondisi mesin-mesin yang tidak difungsikan lagi. "Ya, bisa disebut mubazir karena Pemda Donggala tidak niatan baik untuk mendukung home industri bubuk coklat ini," keluhnya.

Terkait dengan bantuan modal, Pagama menjelaskan jika pihaknya sudah mengusulkan ke Pemda tapi belum juga ada respon menggembirakan.
Menyaksikan kondisi tersebut, Masykur menyayangkan sangat mesin yang bagus seperti ini tidak dimanfaatkan.

"Anggaran Rp. 1,5 miliar yang dikeluarkan untuk pembelian mesin akan sia-sia jika mesin ini rusak hanya karena tidak difungsikan. Sudah hampir 3 tahun mesin itu tidak difungsikan. Kalau dibiarkan seperti ini maka bisa jadi akan jadi barang rongsokan. Rusak bukan karena digunakan tapi karena dimakan usia," sesal Masykur.

Padahal, tambah Masykur, mestinya tidak ada lagi kendala berarti, mesin teknologi sudah ada, tinggal dukungan modal dan pengembangan usaha yang dibutuhkan warga.

"Kami kira ini tugas Pemda menyahuti permintaan warga. Kami yakin, jika ada dukungan modal awal maka home industri ini bisa berkembang karena bahan baku kakao cukup melimpah di Donggala," tegasnya.

Karena itu, tambah Masykur, pembentukan BUMDes sebagai pondasi usaha milik desa merupakan sebuah keniscayaan untuk penguatan ekonomi rakyat di pedesaan. Langkah maju Pemda Donggala melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) penting untuk diapresiasi dan disahuti oleh daerah-daerah lain.

Visi pengembangan home industry ini yang sepatutnya dikembangkan oleh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah, sebab syaratnya memungkinkan karena Sulteng termasuk daerah penghasil kakao terbesar di republik ini.

"Namun, semua itu kembali lagi ke kreatifitas dan kemauan Pemda, mau atau tidak, atau sekedar pemburu rente," tegas Masykur.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun