Mohon tunggu...
Jufran Helmi
Jufran Helmi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon Jelutung

22 April 2012   12:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335512081807077354

Dari pucuk jelutung, Kureh dapat melihat kolam pemandian Bayur seperti tak berdinding. Dinding artistik kolam yang tembus pandang kalau di bawah, tidak berfungsi sama sekali untuk tempat yang tinggi. Beberapa orang nenek terlihat melompat ke air seperti lumba-lumba. Walaupun semuanya pakai kain bahasahan, Kureh tetap terpesona dibuatnya.  Otak intelinjennya pun bekerja, menautkan dua fakta.

"Pastilah si Sutan tengik itu mengintip gadis-gadis Bayur berenang setiap petang seperti duyung,” bisik Kureh mantap.

“Rupanya, ia ada kelainan,” lanjutnya.

Setelah Kureh membuka cerita itu dari warung ke warung, hampir-hampir  saja Sutan dilaporkan orang kampung kepada Datuk Dirajo Sati untuk dihukum pancung.

Karena kearifan Haji Samsudin, guru mengaji di kampung Bayur, kepala Sutan hanya digundul dan ia diminta bertobat di tanah lapang. Pohon jelutung yang menjadi saksi pornografi pertama di dunia itu diputuskan untuk ditebang. Kayunya dihanyutkan ke sungai Bancah. Daun-daunnya dikeringkan kemudian dibakar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun