Mohon tunggu...
Judith Hutapea
Judith Hutapea Mohon Tunggu... -

Perempuan penyuka jalan-jalan,menulis,makan dan menikmati hidup dengan menebarkan senyum di jiwa....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FSC] Surat untuk Panda

14 Agustus 2011   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dear Panda,

Sudah berapa tahun kita tak bertemu ya?Aku terlelah menghitung waktu.Bukan,bukan karena tak ingin mengingatmu,  justru kehadiranmu serupa rindu menyesap hati,ia selalu hadir menari-nari setiap detik,setiap waktu,setiap hari. Waktu bersiasat dengan sempurna.Mencuri ingatanku. Aku lupa sudah berapa puluh atau bahkan beratus purnama datang dan aku hanya diijinkan menggenggam satu kenangan indah akan dirimu,diriku,diri kita bersama.

Panda,

Kurindu setiap pagi kau membangunkanku,mengendus manja kemudian menggiringku keluar kamar untuk bersiap beraktifitas.Ketika kumelangkah keluar rumah tatapan matamupun berubah sendu seolah memohon ke seribu peri untuk mengembalikanku dini.Aku pergi dan kamu menghantar dengan hangat kesetiaanmu yang tak pernah hambar.

Kemudian,ingatkah kamu,aku sering memanjakanmu dengan caraku.Kue kesukaanmu!Aku tak habis pikir bagaimana kamu bisa menyukainya,kue kering kesukaanku ternyata juga menjadi favoritmu.Bertoples-toples kue kering menjadi saksi manisnya hubungan kita.Aku rela tak menggigit kue lagi hanya untuk mencuri perhatianmu.Wajahmu yang lucu seolah berkata "Hei,jangan habiskan kuenya sendiri dong,aku juga mau!" Ugh,kamu menggemaskan.Bagaimana aku bisa berpaling darimu?

Suatu waktu kita pernah berfoto.Aku sampai terkekeh melihatmu yang justru bersemangat ketika berpose.Kupikir kamu ingin gila-gilaan,maka sekalian kupasang kacamata renang yang kemudian menghias wajahmu.Astaga!Kamu diam saja dan malah menikmatinya.Ah,Panda,kamulah matahariku,yang tak jemu-jemu menebar hangat dan membuat hariku selalu berhias senyum,seolah mencipta notasi analfabetis tanda keriaanku.

Tapi,Panda,

Tahukah kamu,sejak hari itu aku tak lagi menebar senyum.Entah apa atau siapa yang merenggut bahagiaku,keriaanku,matahariku.Sekejap kamu tak lagi bisa kupandang.Kamu hilang atau hengkang,kau tak beri kabar,bahkan tak pula tinggalkan jejak.Aku sendu.Kemudian sepi mendekapku sejak nihil kehadiranmu.Meski beribu bulir airmata tertumpah namun tetap kau tak bisa lagi kupegang.Aku kehilangan! Aku kehilangan!

Panda,

Pertanyaan Di mana kamu tak lagi kudengungkan.Aku belajar mengerti meski kamu tak ada.Ikatan batin yang terjalin membuatku tak pernah jauh darimu meski raga tak bisa didapat.Aku tahu kamu juga menyayangiku,mengasihiku karena terbukti lewat kehadiranmu yang kerap melalui mimpiku.Kuyakin,sesungguhnya kamu tak pernah pergi,kamu selalu ada dalam hidupku,meski di mana,wahai Panda,anjingku,matahariku.......

Dari Tuanmu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun