Kekalahan pendukung Jokowi – JK di parlemen terkait beberapa kebijakan adalah fakta politik yang tidak dapat dielakkan. PDIP adalah pemenang pemilu, karena UUMD3, mereka terpaksa menjadi ‘oposisi’ bagi parlemen, bukan bagi pemerintahan. Sebab calon yang diusungnya dalam pemilihan presiden, menang. Bagi banyak pengamat, ini dianggap sebagai akar dari permasalahan yang nantinya akan membuat ‘gaduh’ perpolitikan di negeri ini dalam lima tahun ke depan. Jokowi tidak memiliki dukungan kuat di parlemen, sementara dalam banyak hal parlemen memiliki fungsi strategis dalam kebijakan eksekutif.
Masih analisa pengamat, Jokowi akan menghadapi jalan terjal dalam menjalankan pemerintahannya. Parlemen akan mengganjal banyak program kerja pemerintahan, imbas dari ‘dendam’ pilpres yang belum tuntas. Pada kasus ini, korbannya jelas ; bukan Jokowi tetapi rakyat. Tarik menarik kepentingan, membuat kepentingan rakyat akan terabaikan. Namun sebagai rakyat biasa, saya memiliki pandangan agak berbeda. Saya justru melihat situasi ini, sebagai sebuah keuntungan bagi rakyat. Kenapa?
Lemahnya dukungan politik pemerintahan Jokowi di parlemen, membuat Jokowi dan kabinetnya akan berpikir dan bertindak realistis. Mereka akan mencari dukungan pada arus yang lebih kuat dan pemilik kedaulatan yang sesungguhnya ; rakyat. Sehingga saya berkeyakinan, kabinet Jokowi tidak akan main-main pada kepentingan rakyat. Sebab jika itu tidak dilakukan, maka rakyat akan ‘menyikat’ mereka. Terlebih, banyak pemilih Jokowi – JK yang berasal dari swing voter yang berpikiran realistis. Mendukung bukan karena fanatisme, tetapi itung-itungan logis. Saya yakin segenap pendukung Jokowi di pemerintahan tidak menginginkan hal itu terjadi ; sebab saya juga yakin, berpolitik bagi mereka juga bukan hanya untuk hari ini, sehingga positif di mata rakyat memiliki arti sangat penting.
Inilah yang saya nyatakan sebagai keuntungan bagi rakyat, karena pemerintahan yang tidak memiliki dukungan kuat di parlemen ini, akan menngajak rakyat untuk berkoalisi. Bagi saya, sebagai rakyat, caranya sebenarnya sangat mudah. Karena rakyat kebanyakan tidak memiliki banyak kepentingan, selain menjadi sejahtera lahir batin. Itupun kadang-kadang sudah merasa cukup ketika pemimpin menunjukkan itikad baiknya. Rakyat gampanng memaklumi, asal pemimpin jujur atas ketidakmampuannya namun setelah berusaha. Sederhana, tetapi jika itupun tidak dilakukan? Maka siap-siap saja, rakyat bisa lebih ‘ganas’ ketimbang parlemen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H