Perjalanan seribu mil, selalu dimulai dari langkah pertama. Ungkapan Lao Tzu, filsuf China ini sangat terkenal. Artinya tidak ada langkah kedua dan seterusnya, tanpa langkah pertama. Tidak akan ada keberhasilan apapun, tanpa usaha untuk memulai. Sederhana, namun tidak sesederhana seperti apa yang dipikirkan.
Pengusaha sekelas Bob Sadino mengungkapkan, bahwa tips praktis untuk berbisnis adalah dengan memulai. Tidak ada teori yang paling praktis, kecuali hal tersebut. Tetapi persoalannya untuk memulai kita terbelenggu oleh mental block. Saya menuliskan kegelisahan soal mental block ini dan apa yang diperlukan untuk mengatasinya. Saya beri judul ; Membongkar Mental Block ala Bob Sadino, Marshel Widianto dan Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima. Anda dapat membacanya.
Terkait dengan soal keberanian memulai, saya menemukan contoh yang tepat pada sosok dBatlayar. Grup musik yang beranggotakan kakak beradik yaitu Dave Batlayar dan Joy Batlayar, yang meniti karir musiknya secara mandiri. Perjalanan bermusiknya menarik untuk diikuti. Mereka mengcover lagu-lagu lawas dan anak-anak dengan menggunakan aransemen baru. Coba anda klik tautannya, Anda akan menemukan kisah menarik dan bagaimana asiknya lagu-lagu yang mereka dendangkan.
Selain soal mental block untuk memulai, saya minggu ini juga mencoba sedikit berdiskusi dengan seseorang yang menurut saya sudah selesai dengan hal tersebut. Karena dengannya, saya lebih tepatnya mendengarkan sih bukan berdiskusi,  bagaimana analisa digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sosoknya penting dalam memberi pertimbangan-pertimbangan ; mengakuisisi perusahaan lain, bekerjasama atau bikin perusahaan baru. Perusahaan yang memberi kepercayaan kepadanya pun, tidak main-main, yaitu PT ASTRA Internasional Tbk. Sedikit banyak, saya belajar padanya tentang analisa. Sehingga tulisan perbincangan itu saya beri judul ; Belajar Menemukan peluang dari Neda Tanaga.
Bicara mental block, keberanian memulai dan analisa dalam pengembangan bisnis, ada satu hal yang tidak kalah menarik yang saya temukan dan tuliskan diminggu ini, yaitu soal fleksibilitas dunia kerja. Sebuah fenomena yang mencoba menggali sedikit lebih dalam soal loyalitas para pekerja yang melek teknologi. Generasi yang akan membanjiri dunia kerja saat ini dan yang akan datang. Obrolan dari tiga praktisi dengan satu kesimpulan senada, yaitu fleksibiltas. Ulasan saya bisa Anda simak di blog kesayangan kita ini, saya beri judul ; Fleksibilitas Dunia Kerja, Gaya Hidup atau Kebutuhan ? Selamat menikmati teman-teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H