Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fleksibilitas Dunia Kerja, Gaya Hidup atau Kebutuhan?

24 Mei 2023   07:55 Diperbarui: 24 Mei 2023   10:39 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi Franky Chandra, Novie Gunawan dan Lauralia Bernetta

Fleksibilitas, menjadi trend tersendiri dalam dunia kerja di era digital ini. Work from anywhere, turut pula menggeliatkan usaha cafe di banyak tempat. Selama akses internet lancar, mudah disambangi niscaya akan banyak dicari. Termasuk oleh para freelancer dan digital nomad. Bukan hanya pekerja kantoran yang tidak lagi perlu datang ke kantor. Karena pastinya akan jenuh jika hanya bekerja dari rumah saja.

Ungkapan fleksibilitas, awalnya saya dengar dari Franky Chandra Co Founder platform investasi FUNDtastic. Ketika saya tanya bagaimana ia mengelola pegawai  startupnya yang didominasi anak-anak muda. Ia mengatakan bahwa salah satu hal yang mereka inginkan adalah kebebasan tempat bekerja, saya mengartikan ini sebagai fleksibilitas. Lantas, yang berikutnya ketika ngobrol santai via Whatsapp dengan Novie Gunawan, Head of Finance Control & Reporting at Seabank. Dia juga menyatakan hal senada ketika saya ingin tahu pilihannya berkarier di tempatnya yang sekarang. Saya mendapatkan jawaban, fleksibilitas.

Lauralia Bernetta juga mengungkapkan hal yang kurang lebih sama, mengapa ia nyaman dengan pekerjaannya sebagai agen properti. Flesksibilitas menjadi salah satu faktor. Namun ia menegaskan,  jika itu bukan berarti jam kerjanya lebih sedikit dari mereka yang bekerja dikantoran, dengan jadwal pasti jam 8 pagi hingga jam 5 sore.  Sebab menjadi agen properti,  ia juga harus menyesuaikan dengan jam kerja client. Cuma ia bisa bebas menentukan pilihan. Jika memang sibuk, ya tidak perlu memaksakan diri untuk mengambil client. Resikonya ya, tidak ada bayaran. Atau seandainya bertemu dengan client yang tidak mengenakkan, ia bebas menentukan untuk melepaskannya. Artinya sebagai orang yang bekerja, ia tetap merupakan pribadi yang merdeka.

.

Kemerdekaan tersebut, bukan tanpa konsekwensi. Sebab pilihan Lauralia Bernetta tersebut membuat ia harus mengatur perencanaannya dengan matang. Sebab jika tidak, maka target-target yang ia harapkan tidak akan tercapai. Terlebih keberadaannya sebagai  Ibu dari seorang putri. Sehingga perlu ada delegasi-delegasi atau kerja-kerja yang saling bersinergi. Termasuk dengan sang suami.  Itupun menurutnya masih sering keteteran. Sebab selain menjadi agen properti, Laura Bernetta juga bisnis sampingan berupa toko online, di platform marketplace terkemuka di Indonesia.

.

Mencermati pilihan kerja yang menawarkan fleksibilitas, yang faktanya diera pandemi untuk bidang-bidang kerja tertentu dapat dikatakan berhasil. Maka trend ini dapat dipastikan berlanjut. Bukan hanya karena kepentingan efisiensi bagi perusahaan, namun disisi yang lain adalah soal perubahan karakter generasi pencari kerja. Saya yakin ini bukan sekedar gaya hidup, namun adalah sebuah kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun